Padahal tidak semua penilaian terhadap ikan asin berdasarkan fakta ilmiah, sebagian besar penilaian justru berdasarkan opini atau prasangka belaka. Faktanya, secara ilmiah ikan asin memiliki kandungan protein yang tinggi.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Cabang Jawa Barat Dr dr Gaga Irawan Nugraha MGizi, SpGK, bilang setiap sumber makanan yang mengandung protein yang dikeringkan, termasuk diasinkan, memiliki kadar protein lebih tinggi dari pada makanan sumber protein segar.
Jadi tidak benar jika ikan asin dituding sebagai makanan tidak bergizi. “Ada gizinya, proteinnya tinggi ikan asin itu. Hanya yang jadi masalah garamnya ketinggian. Karena ikan asin itu supaya awet pakai garam,” kata dr Gaga saat dihubungi era.id, baru-baru ini.
Tingginya kandungan garam membuat ikan asin tidak bisa dikonsumsi semua orang. Contohnya, kata Gaga, orang yang memiliki penyakit darah tinggi atau hipertensi tidak boleh mengonsumsi ikan asin, sebab tidak baik bagi tekanan darah.
Aktivitas pedagang Ikan di pasar. (Iman Herdiana/era.id)
Jadi untuk orang yang tidak punya darah tinggi, boleh-boleh saja mengonsumsi ikan asin. Selain itu, Gaga juga mengingatkan konsumsi ikan asin tidak boleh berlebihan. Pada dasarnya, setiap makanan tidak boleh dikonsumsi berlebihan karena tidak baik bagi kesehatan.
Gaga menyebut, setiap 100 gram ikan asin kadar proteinnya lebih tinggi dibandingkan ikan segar. Sebagai gambaran, sumber protein terdiri dari nabati dan hewani. Ikan asin termasuk makanan kaya protein hewani.
Ikan segar yang merupakan bahan dasar ikan asin, mengandung mengandung protein, lemak, berbagai macam vitamin dan mineral. Ketika ikan segar dikeringkan, semua gizi tersebut hilang kecuali proteinnya.
“Protein dalam ikan tidak akan hilang walaupun dikeringkan dan diasinkan. Dengan pengeringan dan pengasinan, protein tersebut justru lebih padat. Ketika menimbang 100 gram ikan, maka banyaknya air. Kalau menimbang 100 gram ikan asin airnya sudah hilang jadi proteinnya lebih banyak,” terangnya.
Ikan asin pun bisa menjadi menu alternatif di masa pandemi COVID-19. Protein berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sedangkan di masa pandemi orang dianjurkan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, membeli makanan pun sebaiknya disiasati dengan memilih makanan yang tahan lama sehingga tidak perlu bolak-balik ke pusat perbelanjaan.
Makanan yang dipilih di musim pandemi harus yang awet dan memiliki kepadatan nutrisi dan protein. Sehingga ikan asin bisa menjadi pilihan selain dendeng atau kere, abon, maupun makanan kaleng.
Tidak heran jika para pencinta alam memilih makanan yang awet dan praktis seperti asin ketika hendak melakukan ekspedisi. Gaga yang pernah menjadi penasihat gizi untuk tim ekspedisi seven summits, menyarankan kepada tim ekspedisi agar membekal makanan ringan yang praktis sekaligus padat energi seperti ikan asin, dendeng atau kacang kering yang merupakan sumber protein nabati.
“Jadi kalau mau alternatif lain, saran saya pilih kacang kering, kacang tanah atau kacang hijau. Itu kan kering-kering. Yang kering-kering itu proteinnya justru padat. Antara kacang segar dan kacang kering kepadatan energinya lebih tinggi yang kering, karena airnya hilang,” terangnya.