Pada masa penjajahan, orang-orang Betawi di Jakarta melihat kebiasaan orang Belanda yang biasa menyesap bir untuk menghangatkan badan.
Orang Betawi juga ingin membuat minuman serupa. Namun, karena sebagian besar tidak minum alkohol, dibuatlah bir pletok yang bahan bakunya sama sekali tidak memabukkan.
"Bir pletok adalah bir halal yang terpengaruh budaya Belanda," kata Ira Lathief, pendiri Wisata Kreatif Jakarta, dalam tur virtual keliling Jakarta, beberapa waktu lalu, dikutip Antara.
Embel-embel pletok yang disematkan dalam bir khas Betawi ini bisa berasal dari dua hal, ujar Ira. Pertama, "pletok" diduga berasal dari bunyi bahan-bahan bir saat dikocok dalam seruas bambu bersama es batu.
Bir pletok diramu dari campuran rempah, yakni kapulaga, cengkeh, jahe, serai, cabe Jawa, kayu manis, dan gula. Warna merah pada bir pletok berasal dari secang yang juga jadi campuran bahan minuman wedang uwuh.
Kemungkinan kedua, "pletok" diambil dari bunyi tutup botol anggur ketika dibuka. "Bir pletok enak diminum dingin atau hangat," kata Ira.
Bir pletok dapat dibeli di restoran yang terletak di Kota Tua atau toko khas oleh-oleh Betawi di Lenggang Jakarta dalam kawasan Monas.
Bila ingin mencicipi bir pletok yang segar, bukan dalam kemasan, Ira menyarankan wisatawan untuk mampir ke pusat perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan.
Bir pletok adalah satu dari delapan ikon budaya Betawi selain ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen Gigi Balang, baju Sadariah, kebaya keranacng, batik Betawi, dan kerak telor.