Pesan di WhatsApp Dituding Bawa Malapetaka

| 18 Jun 2018 18:50
Pesan di WhatsApp Dituding Bawa Malapetaka
WhatsApp (Foto: Pixabay)
Jakarta, era.id - Aplikasi pesan instan daring WhatsApp dituding menjadi penyebab maraknya penyebaran berita palsu hingga merenggut nyawa penggunanya. 

Dua warga India, Abijeet Nath dan Nilotpal Das, tewas dipukuli segerombolan orang yang menuduh mereka menculik anak-anak, awal Juni 2018. Saat berkendara di kawasan Assam, keduanya berhenti di sebuah desa untuk menanyakan arah. Saat itulah Abijeet dan Nilotpal diseret dari mobil dan dihabisi. 

Baca Juga: Demam Piala Dunia, Google Aktifkan Doodle Spesial

Dilansir dari theguardian.com, menurut perwira polisi setempat bernama Mukesh Agrawal, kejadian tersebut dipicu dari kecurigaan warga desa terhadap orang-orang asing yang datang, lantaran beredar pesan di WhatsApp soal penculik anak yang saat itu berkeliaran di daerah mereka. 

Ditambah lagi, dalam beberapa bulan terakhir, polisi di India juga telah menghubungkan puluhan kasus pembunuhan dengan isu yang tersebar di WhatsApp.

Sementara itu, di Brasil, WhatsApp dituding menjadi penyebab menyebarnya wabah penyakit demam kuning pasca beredar video dan pesan audio tentang anti-vaksin. Sedangkan di Kenya, admin grup WhatsApp dituduh sebagai biang kerok berita palsu bermotif politik ketika penyelenggaraan pemilu beberapa waktu lalu.  

Tidak dapat diintervensi

Analis Reuters Institute Universitas Oxford, Nic Newman, baru-baru ini mengungkap terjadi peningkatan penggunaan WhatsApp secara signifikan. Sedikitnya, ada 1,5 miliar pengguna aktif WhatsApp di dunia yang saling berbagi dan mendiskusikan suatu isu. 

Newman menyebut, pengaturan keamanan yang diberlakukan WhatsApp membuat aplikasi ini sulit untuk memastikan seberapa besar skala kesalahan informasi yang terjadi. Katanya, WhatsApp tidak seperti Facebook, Twitter, dan Instagram yang memiliki algoritma untuk menentukan konten mana yang pantas untuk ditampilkan kepada pengguna.

Kecil kemungkinan terjadi kebocoran data pengguna WhatsApp seperti yang sempat dialami Facebook. Namun, sistem end-to-end enkripsi memaksa tidak seorang pun, bahkan pembuat aplikasi, dapat mengintervensi dan memonitor pesan di antara penggunanya. Hal ini membuat WhatsApp mustahil untuk mengintervensi pesan yang dibagikan oleh penggunanya. 

Baca Juga: 5 Penipuan Terbaru yang Pengguna WhatsApp Harus Tahu

Sementara itu, seorang juru bicara dari WhatsApp mengakui bahwa sejumlah oknum menggunakan aplikasi ini untuk menyebarkan berita palsu. Pihaknya mengklaim, WhatsApp telah berupaya untuk memberi kontrol lebih terhadap grup pribadi. Fitur untuk memblokir nomor telepon juga bisa dilakukan hanya dengan satu ketukan. Lagi, WhatsApp mengaku telah meningkatkan upaya untuk mengedukasi pengguna tentang fitur keamanan yang sudah disediakan, serta cara mengetahui berita palsu.   

Rekomendasi