ERA.id - Viral video seorang anak laki-laki TK berusia 5 tahun yang menjadi korban kekerasan seksual teman sekolahnya di Pekanbaru. Dalam video yang diunggah akun X @tanyakanrl, anak yang diduga korban kekerasan seksual sedang menangis, sementara ada suara seorang perempuan yang meminta untuk sabar.
Lebih lanjut, akun X @adawiyahriwan menuliskan narasi kasus ini. Ia menulis baik korban dan pelaku merupakan anak TK. Atas viralnya kasus ini, pihak sekolah disebut menganggap kasus ini hanya main-main biasa. Sehingga, sempat mengancam akan melaporkan pencemaran nama baik ke ibu korban.
"Aku rekap kasusnya ya. Jadi anaknya temenku ini cowok dan masih TK, nampak berubah suka menggesekkan penisnya ke ibunya, buka celana dan nungging. Ternyata anaknya adalah korban kekerasan seksual oleh temen TK-nya juga dan cowok juga," tulis akun tersebut dikutip, Selasa (16/1/2024).
Ia melanjutkan kejadian kekerasan seksual dilakukan sebanyak 4 kali. Pelaku meraba dan menyuruh korban nungging untuk memasukkan penis ke anus korban.
"Pelaku sudah ngaku, ngaku tahu tindakan tersebut dari bokep yang ada di HP bapaknya. Genuine ask, kok bisa bapakna ngoleksi bokep homo? Sampai saat ini pihak sekolah merasa itu main-main anak kecil biasa. Tidak ada sesuatu yang harus diusut tuntas," tulisnya.
Sementara itu, orang pelaku tak mau minta maaf. Lalu anak pelaku sudah pindah sekolah yang masih satu yayasan dengan sekolah kejadian.
Terkait hal ini, orang tua korban, DF menceritakan pelecehan pelaku ke anaknya dilakukan saat tidak ada guru. Ia mendatangi pihak sekolah untuk meminta tanggung jawab, tapi pihak sekolah dianggap mengabaikan kasus dan melindungi pelaku. Bahkan ia mengaku mendapatkan ancaman dan tekanan dari pihak sekolah.
"Baik pihak sekolah maupun dari keluarga pelaku tidak ada itikad baik menyelesaikan masalah ini," katanya dilansir dari Nadariau, Selasa (16/1/2024).
Pada kesempatan terpisah, Kepala Sekolah TK An-Namiroh Pinkan Lilis mengklaim hasil visum baik-baik saja. Lalu sudah ada kesepakatan mediasi antara orang tua korban dan pelaku di unit PPA Pekanbaru.
"Terkait adanya dugaan perbuatan yang mengarah kepada pelecehan seksual itu yang kami pahami konteknya bermain dan tidak ada yang mengarak kesitu,” katanya.
Ia menjelaskan pelaku sudah dipindahkan sekolahnya. Tapi orang tua korban masih belum merasa puas. Sementara pihaknya merasa kasus ini sudah selesai di tingkat mediasi Unit PPA.
"Setahu kami rekomendasi dari PPA itu meminta orang tua untuk lebih mengedukasi anak karena ini sifatnya ke individunya. Untuk diketahui dalam SOP sekolah kami anak-anak ada guru pendampingnya dan anak pun kalau izin ke wc hanya satu-satu dan itupun tetap diawasi," jelasnya.
Lebih lanjut, orang tua korban lewat Instagramnya @onynst berharap orang tua anak lain lebih waspada dengan yang dialamu anak di sekolah termasuk di TK. Ia menyebut kasus yang terjadi kepada anaknya sebagai kelalaian yang luar biasa karena terjadi berulang kali.
"Kalau saja saya cuek tentang apa yg terjadi dan yg dialami anak saya, saya tidak tau lagi, harus berapa kali lagi anak saya mendapat perlakuan yg sangat di luar nalar tsb, tidak bisa saya membayangkan bagaimana anak saya menanggung semuanya sendirian! Semoga anak kami bisa mendapatkan keadilan yang sebagaimana mestinya. Setelah kasus anak kami, barulah di pasang cctv, dan akses ke lokasi TKP (dapur) di tutup," tulisnya.