ERA.id - Pengacara keluarga diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Arya Daru Pangayunan (ADP), Dwi Librianto, membantah isu yang menyebut Arya sempat ingin bunuh diri. Dwi menuturkan Arya justru bekerja untuk kasus perdagangan manusia di Myanmar pada 2013.
Dwi menjelaskan Arya berada di Myanmar pada 2013 lalu bersama Susilaningtias yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua LPSK. Keduanya di negara tersebut sedang menangani kasus perdagangan manusia. Pengacara ini menyebut Arya membuka website terkait bunuh diri untuk mempelajarinya.
"Yang kita juga tahu persis bahwa dia ini membuka website tentang bunuh diri itu kaitannya dengan, memang dia mau tahu, kalau orang mau bunuh diri seperti apa. Jadi tidak ada kaitannya. (Betul dia ingin) mempelajari," kata Dwi di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (15/9/2025).
Dwi lalu menyampaikan Arya tak pernah memiliki niatan untuk melompat jika melihat gedung tinggi. Terkait Arya berada di rooftop Kemlu sehari sebelum ditemukan tewas pada Selasa (8/9), diduga untuk kabur dari kejaran orang.
Hasil penelusuran keluarga, Arya diikuti oleh orang tak dikenal sejak berada di Grand Indonesia (GI).
"Dari GI ada yang ikutin. Makanya dia nyinggung-nyinggung (melihat) ke atas begini (ketika di rooftof) karena mau lihat orangnya masih ada apa nggak. Karena dia tahu biasanya bisa lihat ke bawah dan dia pun bisa lihat ke bawah itu. Walaupun nggak jelas banget gitu, tapi yang jelas dia lihat ke atas dia nengok ke atas," tuturnya.
Dia kemudian menyampaikan keluarga menolak jika Arya Daru tewas karena bunuh diri. Sebab, kematian Arya dinilai tidak wajar.
"Lah kalau mau bunuh diri di situ aja. Kalau dia mau bunuh diri ya di situ aja (rooftop Kemlu), kenapa harus balik lagi ke kos," jelasnya.
Sebelumnya, polisi mengungkap isi email yang dikirimkan Arya Daru Pangayunan alias ADP yang tewas dengan kepala terlilit lakban di kos-kosan di kawasan Jakpus. Isi pesan itu menyiratkan ADP ingin bunuh diri tiap kali melihat air hingga gedung tinggi.
Anggota Ditressiber Polda Metro Jaya, Ipda Saji Purwanto menjelaskan Arya pernah mengirim email ke badan yayasan amal yang memberikan dukungan ke orang-orang yang mengalami perasaan tertekan, putus asa termasuk yang ingin bunuh diri pada 2013 dan 2021.
Pada email 2013, Arya menceritakan alasannya ingin mengakhiri hidupnya. Keinginan untuk bunuh diri semakin kuat ketika Arya menceritakannya pada 2021.
"Di email pada 2021, pada intinya dari 9 segmen (email yang dikirim) itu bahwa korban ini sedang bercerita dengan badan amal itu ketika melihat gedung tinggi pengin mencari cara untuk loncat dari atas. Kemudian kalau melihat pantai pengin menenggelamkan diri," kata Saji saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7). Alasan mengapa Arya ingin bunuh diri tidak disampaikan.
Ketua Apsifor Himpsi, Nathanael E. J. Sumampouw menambahkan metode Arya melilitkan lakban ke kepalanya hingga akhirnya tewas bukanlah kejadian baru.
"(Kejadian) ini artinya pernah terjadi di Indonesia, pernah terjadi (juga) di luar negeri. Itu yang pertama yang disebut metode dengan lakban," tutur Nathanael.