Jurnalis Diintimidasi Preman Saat Meliput TPS Liar Sungai Cisadane

| 28 Sep 2021 23:05
Jurnalis Diintimidasi Preman Saat Meliput TPS Liar Sungai Cisadane
Jajaran Gakkum KLHK menyegel TPS liar yang terdapat di bantaran sungai Cisadane wilayah Kecamatan Neglasari. (Muhammad Iqbal/era.id)

ERA.id - Seorang wartawan media daring, Gilbert Sem Sandro mendapat intimidasi saat tengah meliput Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar yang terdapat di bantaran sungai Cisadane wilayah Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Peristiwa itu terjadi pada Jumat, (24/9) lalu sekitar pukul 17.00 WIB.

Gilbert mengatakan saat itu dia tengah meliput di salah satu TPS liar di gang Gaga, Kelurahan Kedaung Baru, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Di lokasi, dia mencoba mengambil foto, wawancara pemulung serta siaran langsung.

"Saya coba liputan. Live juga, saya ambil gambar pemulung gitu. Mereka sedih juga karena enggak ada mata pencaharian lagi," ujarnya, Selasa , (28/9/2021).

Upaya Gilbert meliput TPS liar itu berawal adanya penyegelan yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Kamis, (23/9) lalu. Namun, saat penyegelan dia mencoba memantau lokasi TPS liar sehari setelahnya. Ternyata masih terdapat aktivitas pembuangan sampah meski telah dilarang.

"Karena kan di gang gaga masih ada yang beraktivitas di atas sampahnya. Mobil truk kecil warna kuning juga masih ada masuk satu," katanya.

Liputan itu awalnya berjalan dengan mulus. Sampai pada akhirnya dia ingin oinda lokasi ke gang Menteng dia dihadang oleh seoramgy pria berbadan besar. Pria tersebut melarang Gilbert meliput TPS liar.

"Pas mau masuk ada bapak-bapak agak besar badannya, ditanyain, saya bilang mau liputan terkait penyegelan. Saya ditanya bapak-bapak yang ngakunya ketua RW, saya enggak dibolehin liputan," katanya.

Meski telah peringatkan, Gilbert tetap berusaha meliput. Dia masih mencoba mengambil gambar dengan merayu si pria tersebut. Namun, tetap tak diperbolehkan.

"Saya masih nyoba ngambil gambar, minta izin, coba ngerayu. Tapi tetep enggak dibolehin, disuruh pulang, keluar dari TPS itu," tuturnya.

Saat tengah pulang, dirinya pun terkejut dengan situasi di lokasi sudah dikerumuni warga. Satu per satu orang mendatangi dan mengerumuninya. Salah satu orang mencoba memprovokasinya dengan berteriak kalau Gilbert telah mengambil banyak foto di lokasi itu.

"Datang-datang berkerumun, lebih dari 10 orang. Ada salah satu yang ngomong, 'dia udah banyak ngambil foto tuh'. Itu yang ngomong tukang bakso depan, karena yang lihat ngambil gambar dia," ungkap Gilbert.

Di situasi saat itu, Gilbert diminta untuk menghapus fotonya. Karena mempertimbangkan keselamatannya dan terus didesak Gilbert pun menghapus foto tersebut.

"Terus saya disuruh ngehapus foto, saya minta disisain satu-dua foto, enggak dikasih. Jadinya dihapus semua. Saya masih ditanya-tanyain, mereka bilang enggak boleh," katanya.

Padahal Gilbert telah menjelaskan profesinya sebagai wartawan dari Wartakota. Namun, para warga tetap meminta Gilbert pergi dan menghapus fotonya.

"Dia bilang ini lagi banyak diberitain karena ngelanggar KLHK. Jangan dulu diambil lagi karena lagi panas situasinya," tuturnya.

Pria yang mengaku RW itu pun mencoba mengarahkan warga untuk keluar. Gilbert pun telah menjelaskan kalau kedatangannya itu tidak berniat jelek hanya mengambil gambar saja.

"Mereka percaya akhirnya. Pas mau balik, saya disalamin," katanya.

Gilbert sempat diberikan uang Rp 200 ribu. Uang tersebut sempat dia tolak. Namun, karena terdesak diapun mengambil uang itu.

"'Ini buat uang bensin'. Saya bilang enggak usah, karena niat saya cuma buat ngambil gambar. Karena emang sebelumnya dapat wawancara saya belum. Tapi dia maksa. Diarahin buat keluar diarahin sama bapak-bapak gendut. Ternyata benar keluar," jelas Gilbert.

Rekomendasi