Kerap Disindir Gubernur 'Tata Kata', Anies: Jangan Remehkan, Kitab Suci Isinya Kata

| 03 Oct 2021 08:05
Kerap Disindir Gubernur 'Tata Kata', Anies: Jangan Remehkan, Kitab Suci Isinya Kata
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

ERA.id - Kerap disebut sebagai gubernur yang ahli menata kata, bukan menata kota, Anies Baswedan angkat bicara dan merespons julukan tersebut.

Dikutip dari TV One, Anies tampak santai menjelaskan kalau orang lain sebaiknya jangan pernah meremehkan kata-kata, apalagi menganggapnya sebagai suatu permainan.

"Jangan pernah remehkan kata-kata, karena kitab suci pun isinya semuanya kata-kata. Tapi jangan pernah katakan itu hanya sekadar permainan," ujar Anies dalam video tersebut yang dikutip pada Sabtu (2/10/2021).

Anies menjelaskan, setiap kata yang diucapkan memiliki konsekuensi yang berbeda. Dia mencontohkan ketika ada yang menyampaikan kalimat 'saya akan memimpin kota Jakarta' akan berbeda maknanya ketika berbicara 'saya akan memimpin masyarakat di kota Jakarta'.

"Maknanya lain sekali," kata Anies.

Dia juga menjelaskan, kata lawan dan musuh itu tidak memiliki arti yang sama. Menurutnya, lawan itu saling menguatkan sedangkan musuh saling menghancurkan.

Karenanya, tidak pernah ada dalam pertandingan olahraga menggunakan kata 'musuh'. Misalnya kesebelasan A bermusuhan dengan kesebelasan B, yang selalu digunakan adalah kata 'lawan'.

"Mari kita bedakan antara lawan dan musuh. Lawan itu saling menguatkan, musuh itu saling menghabisi," kata Anies.

"Karena konsepnya beda. Karena itu jangan pernah remehkan kata-kata," imbuhnya.

Lebih lanjut, dalam video itu, Anies menegaskan bahwa dia hadir untuk mengubah kebiasaan di tengah masyarakat Indonesia yang belakangan sudah telanjur terbentuk.

Menurutnya, sekarang ini, banyak orang terbiasa dengan perbedaan, tanpa kerja sama.

Dia lantas mencontohkan kerja sama yang dibangun antara Soekarno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sjahrir, dan Natsir dalam membangun bangsa Indonesia.

Menurutnya, semua tokoh itu memiliki ideologi dan pandangan yang saling bersebrangan, namun mampu bersatu membangun negeri.

"Hari ini kita duduk bersebalahan belum tentu mau, salaman belum tentu mau. Kenapa, karena ada perbedaan pandangan. Ini yang harus diubah dan saya memilih melakukan ini sebagai bagian dari proses pembelajaran," pungkasnya.

Rekomendasi