ERA.id - Presiden Joko Widodo mengomentari wacana kenaikan harga BBM jenis Pertalite. Menurutnya, kebijakan itu harus diputuskan secara hati-hati sebab berdampak dengan kepentingan masyarakat luas.
"Ini menyangkut hajat hidup orang banyak, jadi semua harus diputuskan hati-hati, dikalkulasi dampaknya," kata Jokowi dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (23/8/2022).
Jokowi menjelaskan, dampak dari kenaikan harga Pertalite akan mempengaruhi daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga, hingga berisiko menaikkan inflasi, dan membuat pertumbuhan ekonomi menurun. Makanya kebijakan itu harus diputuskan dengan sangat hati-hati.
"Semunya itu saya suruh hitung sebelum diputuskan," pungkasnya.
Jauh sebelum itu, Jokowi blak-blakan bicara soal harga Pertalite di Indonesia lebih murah dari negara lain. Saat membuka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Sentul, Jawa Barat, Jumat (5/8/2022), Jokowi bilang pertumbuhan ekonomi turun, tapi inflasi naik, harga-harga barang semuanya naik.
Dia bilang, kondisi itu mengerikan. Presiden menjelaskan, IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat dampak perang dan krisis pangan. Dari 66 negara tersebut, Kepala Negara menyampaikan bahwa sembilan negara secara bertahap telah berada dalam kondisi perekonomian yang sulit, kemudian disusul 25 negara, dan 42 negara.
Presiden Jokowi menekankan saat ini ada 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut dan sebagian besar kelaparan karena perekonomian tidak hanya turun, tetapi juga anjlok. Negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia hingga Amerika Serikat, tidak terhindarkan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi tingginya harga minyak dunia juga menyumbang tingginya inflasi yang merembet pada harga komoditas pangan dan lainnya. "Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen, bensin naik dua kali lipat, Eropa juga sama," tambahnya.
Pemerintah Indonesia juga sudah menaikkan harga Pertalite menjadi Rp7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya. Padahal, dengan kondisi melonjaknya harga minyak dunia, seharusnya harga Pertalite dipatok hingga Rp17.100 per liter. Meski begitu, pemerintah masih mengalokasikan anggaran hingga Rp502 triliun untuk subsidi BBM.
"Naik 10 persen saja demonya saya ingat tiga bulan, kalau naik sampai 100 persen lebih demonya akan berapa bulan. Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan subsidi. Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama," kata Presiden Jokowi.