Wakil Ketua MPR Nilai Perlu Intervensi Pemerintah Tekan Diabetes: Agar Bonus Demografi Tak Berubah Jadi Beban

| 16 Nov 2023 10:33
Wakil Ketua MPR Nilai Perlu Intervensi Pemerintah Tekan Diabetes: Agar Bonus Demografi Tak Berubah Jadi Beban
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. ANTARA/HO-MPR RI

ERA.id - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyebut intervensi Pemerintah melalui penerapan kebijakan terkait penanggulangan penyakit tidak menular mesti dilakukan secara konsisten sebagai upaya menekan prevalensi diabetes di Indonesia.

"Problem diabetes ada di depan mata kita, sehingga membutuhkan perhatian serius semua pihak," kata Lestari dalam keterangan yang diterima di Jakarta dikutip dari Antara, Kamis (16/11/2023).

Lestari mengatakan hal itu saat membuka diskusi daring bertema "Waspada Diabetes Menggerogoti Usia Produktif" yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (15/11).

Menurut Lestari, ancaman tersebut harus diantisipasi dan dicermati agar bonus demografi tidak berubah menjadi beban.

Terlebih, menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kasus diabetes terbanyak adalah Diabetes Tipe 2 yang bisa dicegah dengan pemahaman kesehatan dan upaya tepat.

"Kondisi tersebut harus menjadi perhatian, apalagi diabetes menyerang usia produktif," katanya.

Lestari pun mendorong para pemangku kepentingan untuk benar-benar aktif melakukan pencegahan melalui penerapan sejumlah kebijakan yang relevan, demi memaksimalkan manfaat bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

Selain itu, dia menilai inisiasi gerakan peningkatan kualitas hidup sehat juga perlu didorong. Menurut Lestari, hal itu dapat dilakukan dengan edukasi dan peningkatan layanan kesehatan melalui sistem kesehatan terpadu.

Diskusi tersebut menghadirkan narasumber antara lain Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Muhammad Adib Khumaidi, serta Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia Hardinsyah.

Eva mengatakan kesiapan mewujudkan bonus demografi harus diiringi dengan upaya membangun generasi emas yang sehat.

Sebab, menurut Eva, kondisi kasus diabetes saat ini di Asia Tenggara menduduki peringkat keenam dengan jumlah penderita 90,2 juta atau 8,7 persen dari populasi.

Jumlah kasus tersebut, ujar Eva, akan terus naik jika tidak ada upaya mengendalikan faktor risiko, apalagi diabetes merupakan ibu dari segala penyakit.

Menurut Eva, gaya hidup, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, serta minim makan buah dan sayur, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Padahal, diabetes dapat diatasi jika masyarakat menerapkan gaya hidup sehat dan tepat.

Oleh karena itu, Eva mendorong agar masyarakat melakukan pengukuran gula darah minimal satu kali dalam satu bulan agar dapat mengetahui kondisi gula darah secara berkala.

Eva pun menilai Pemerintah sudah berupaya melakukan langkah-langkah pencegahan dengan deteksi dini pada sistem layanan kesehatan hingga penatalaksanaan terhadap para penderita.

Penguatan pembiayaan pada jaminan kesehatan nasional juga mendukung sejumlah upaya preventif dan pengobatan diabetes.

Eva mendorong regulasi kewajiban yang mencantumkan informasi nilai gizi pada makanan ditegakkan secara konsisten, sementara masyarakat harus peduli terhadap informasi tersebut.

Rekomendasi