Kampanye di NTT, Ganjar: Pemilu Bukan Sekadar Berapa Banyak Dukungan, tapi Soal Moralitas dan Etika

| 26 Jan 2024 20:15
Kampanye di NTT, Ganjar: Pemilu Bukan Sekadar Berapa Banyak Dukungan, tapi Soal Moralitas dan Etika
Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo di Salatiga, Jawa Tengah, Selasa (23/1/2024). ANTARA/Syaiful Hakim/aa.

ERA.id - Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo menyinggung soal moralitas dan nilai etika saat berkampanye di Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (26/1/2024).

Dia mengatakan, kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bukan hanya sekedar mencari dukungan sebanyak-banyaknya, tetapi juga soal moralitas dan tanggung jawab etika. Hal itu merupakan pesan dari Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat kepadanya.

"Beliau sampaikan kepada saya pesan yang sangat luar biasa. Kekuasaan yang sedang dikontestasikan, pemilu yang sedang dilaksanakan tidak hanya sekadar bicara berapa banyak dukungan, tapi adakah moralitas yang ada di sana, adakah tanggung jawab yang bisa diberikan dengan nilai etika yang tinggi," kata Ganjar dikutip dari kanal YouTube Ganjar Pranowo.

Mantan gubernur Jawa Tengah itu juga menyinggung bahwa belakangan, banyak masyarakat yang diintimidasi bahkan ditindas untuk diarahkan memilih pasangan calon tertentu.

Dia menegaskan, masyarakat jangan takut dengan intimidasi tersebut. Rakyat harus menggunakan hak suaranya dengan mengedepankan hati nurani pada saat pencoblosan di 14 Februari 2024 mendatang.

"Ketika kemudian banyak sekali di antara kelompok masyarakat ditelpon, ditindas untuk diarahkan untuk memilih yang lain, apakah saudara mau ikut itu atau ikuti nuraninya?" tanya Ganjar.

"Gunakan hati nuraninya. Tunjukkan bahwa kita punya moral, kita punya kebebasan, dan kita punya keberanian. itulah suara rakyat sejati yang kita harapkan di Manggarai ini, di NTT ini , saya mohon doa dan dukungan agar Ganjar-Mahfud bisa memenangkan itu," imbuhnya.

Ganjar juga menyampaikan komitmennya bersama Mahfud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT, dan memberi kesetaraan sama seperti di Pulau Jawa.

"Orang-orang hebat di NTT kalau diberi kesempatan yang sama bisa seperti yang lain, tidak ketinggalan kualitasnya. Siapa yang tidak kenal dengan Frans Seda. Ketika saya melihat daerah yang butuh diperjuangkan untuk setara, maka yang saya bayangkan mulai dari kesehatan harus baik, bisa bertani degan modernitas, dan pendidikan harus baik," pungkasnya.

Rekomendasi