ERA.id - Gempa bumi megathrust menjadi ancaman paling berbahaya yang kini mengintai Indonesia. Fenomena alam yang satu ini menyimpan misteri dan kekuatan dahsyat yang mampu mengubah lanskap dalam sekejap.
Di Indonesia, gempa megathrust terbesar yang terakhir terjadi adalah di Aceh pada tahun 2004. Lantas, apa sebenarnya gempa megathrust itu dan mengapa begitu berbahaya?
Pengertian Gempa Bumi Megathrust
Gempa bumi megathrust adalah gempa bumi sangat besar yang terjadi di zona subduksi, yang merupakan wilayah di mana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong di bawah lempeng lainnya.
Dilansir dari Wikipedia, istilah megathrust merujuk pada patahan naik yang sangat besar, biasanya terbentuk pada batas lempeng di sepanjang zona subduksi, seperti megathrust Sunda.
Namun, istilah ini juga kadang-kadang diterapkan pada patahan naik besar di zona tumbukan benua, seperti megathrust Himalaya. Sebuah patahan megathrust dapat mencapai panjang 1.000 kilometer (600 mil).
Patahan megathrust terjadi ketika dua lempeng tektonik bertabrakan, dan ketika salah satu lempeng terdiri dari litosfer samudera, ia menyelinap di bawah lempeng lainnya (disebut lempeng penumpu) dan tenggelam ke dalam mantel bumi sebagai lembaran.
Kemudian, gempa megathrust terjadi ketika patahan pecah dan memungkinkan lempeng untuk bergerak secara tiba-tiba melewati satu sama lain untuk melepaskan energi regangan yang terakumulasi.
Baca juga artikel yang membahas Mengapa Wilayah Selatan Jawa Sering Gempa
Dilansir dari jurnal Natural Hazard, tingkat seismik yang tinggi di Jawa Barat dan Sumatra disebabkan oleh pertemuan dan subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Sunda.
Peristiwa megathrust besar yang terkait dengan proses seismik kemungkinan menimbulkan bahaya gempa bumi dan tsunami besar bagi masyarakat sekitar, namun diperlukan upaya lebih lanjut untuk memahami baik kemungkinan maupun frekuensi peristiwa tersebut.
Jawa Barat Berada di Batas Lempeng Megathrust
Jawa Barat terletak pada batas lempeng aktif antara subduksi oblik Lempeng Australia di bawah Sumatra dan subduksi tegak lurus sepanjang Jawa.
Meskipun kedua wilayah tersebut terletak di sepanjang margin subduksi aktif yang sama, data historis menunjukkan bahwa bagian Jawa Barat di dalam busur Sunda relatif seismik rendah dibandingkan dengan segmen Sumatra yang sangat rawan gempa.
Secara historis, gempa bumi di Jawa Barat pada awal abad kedua puluh telah dipelajari oleh Newcomb dan McCann (1987), yang menunjukkan bahwa wilayah ini mengalami dua peristiwa gempa bumi besar dengan magnitudo lebih dari 7,5 yaitu pada tahun 1903 dan 1921.
Selama 2 dekade terakhir, dua gempa bumi besar lainnya terjadi di wilayah Jawa Barat, yaitu gempa megathrust Mw 7,8 pada 17 Juli 2006, yang menghasilkan tsunami dahsyat di Pangandaran dan gempa bumi intraslab pada 2 September 2009.
Memicu Potensi Tsunami
Gempa bumi besar dekat palung Jawa umumnya merupakan peristiwa patahan antar lempeng sepanjang lempeng Australia dan Sunda. Gempa-gempa ini umumnya memiliki potensi tsunami yang tinggi karena kedalaman hiposentrumnya yang dangkal.
Meskipun demikian, tidak adanya gempa bumi besar baru-baru ini dapat mengindikasikan bahwa peristiwa tsunami yang bahkan lebih kuat di sepanjang pantai selatan Jawa Barat menjadi ancaman. Interpretasi lainnya adalah bahwa zona subduksi di Jawa tidak dapat mengakomodasi gempa megathrust besar.
Perlu diketahui selama 100 tahun terakhir, wilayah-wilayah di sepanjang pantai selatan Jawa Barat, misalnya Pelabuhan Ratu, Pangandaran, dan selatan Banten hanya mengalami gempa bumi sedang (Mw < 8).
Namun, berdasarkan studi terbaru tentang endapan tsunami di sepanjang pantai selatan Jawa menunjukkan bahwa peristiwa megathrust besar memang terjadi di wilayah tersebut dan memiliki periode ulang sekitar 500 tahun.
Selain gempa bumi megathrust, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…