ERA.id - Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyebut penyumbang angka kematian akibat COVID-19 adalah pasien dengan penyakit penyerta atau komorbid. Doni mengatakan, dari sekitar 80 persen kematian disebabkan komorbid.
"Komorbid menjadi korban terbesar sekitar 80-85 persen," kata Doni ketika rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Doni mencontohkan Provinsi Jawa Timur. Dari data yang disampaikan Gubernur Provinsi Jawa Gubernur Khofifah Indar Parawansa, sekitar 90 persen kematian COVID-19 merupakan akibat penyakit penyerta seperti diabetes.
"Di Jawa Timur, catatan yang disampaikan dan dilaporkan ibu Gubernur Jawa Timur 91,9 persen masyarakat yang wafat atau yang meninggal adalah penderita komorbid, dan tertinggi adalah mereka yang memiliki diabetes," kata Doni.
Selain itu, kata Doni, berdasarkan catatan laporan dari Rumah Sakit Persahabatan, kematian pasien COVID-19 paling banyak terjadi dari pasien dengan gejala berat dan kritis. Sementara pasien COVID-19 dengan komorbid memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini mengatakan, penanganan medis untuk pasien COVID-19 akan lebih sulit dilakukan jika pasien tersebut memiliki komorbid.
"Apabila kondisi ini dialami oleh pasien yang memiliki komorbid, maka sangat kecil kemungkinan penanganan medis dapat menyelamatkan jiwa," tegas Doni.
Selain komorbid, kelompok lansia yang berusia di atas 60 tahun juga menyumbang angka kematian tinggi dibanding usia lainnya. Karena itu, salah satu target utama Satgas Penanganan COVID-19 adalah melindungi penderita komorbid dan tenaga kesehatan.
"Pertama melindungi kelompok rentan yaitu lansia, penderita komorbid dan tenaga kesehatan," kata Doni.
Doni juga mengungkap, angka kesembuhan nasional saat ini di atas rata-rata yaitu 73 persen. Sedangkan, angka kematian berada di atas rata-rata global 3,1 persen. Meski demikian, Doni menekankan angka-angka tersebut masih sangat fluktuatif. Karenanya, dia berharap angka kematian yang terjadi secara fisik harus bisa ditekan sebanyak-banyaknya agar berkurang, sehingga tidak ada lagi korban jiwa.
"Ini sangat fluktiatif, hari ini kita berada di atas global tetapi kalau kita lengah saja sedikit, kita bisa di bawah global. Demikian juga angka kasus terkonfirmasi positif sangat fluktuatif setiap harinya," pungkasnya.