ERA.id - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo diciduk KPK di Bandara Soekarno-Hatta sepulangnya dari Amerika Serikat. Dilaporkan ada 3 pejabat KKP juga yang ikut dalam kunjungan Edhy Prabowo ke AS itu.
Tercatat 3 pejabat KKP itu yakni Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, Plt. Dirjen Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi dan Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Ditjen PSDKP Pung Nugroho Saksono.
Selain itu dikabarkan ada Dewan Pembina KKP, Ali Mochtar Ngabalin yang dikabarkan ikut serta.
Ali Mochtar Ngabalin tidak ikut tersangkut dalam kasus yang menjerat Edhy dan sejumlah pihak dari Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP). Dia mengatakan saat ini Ngabalin sedang beristirahat di kediamannya.
"Satu jam yang lalu saya cek, Bang Ali lagi ada istirahat di rumahnya. Tidak benar ada dibawa ke KPK," ujar Irfan saat dikonfirmasi, Rabu (25/11/2020).
Meski demikian, Irfan membenarkan jika Ngabalin berada satu pesawat dengan rombongan Edhy Prabowo yang terbang dari Amerika Serikat ke Indonesia. Namun, dia membantah bila Ngabalin ikut terjaring KPK setibanya di tanah air.
- Debat Pilkada Makassar: Danny dan Ical Serang Appi Soal Banjir dan Bisnis Keluarganya
- Pemerintah Siapkan Sistem Satu Data untuk Vaksinasi COVID-19
- Putri-Menantu Rizieq Shihab Dipanggil Polisi, Fadli Zon: Jangan Cari Kesalahan!
- Polisi Masih Selidiki Dugaan Pelanggaran Prokes di Petamburan, Bakal Panggil Anies Lagi?
Kunjungan Menteri Edhy Prabowo ke AS ini untuk memperkuat kerja sama bidang kelautan dan perikanan dengan salah satu lembaga riset di AS. Kerja sama ini dalam rangka mengoptimalkan budidaya udang secara berkelanjutan di Indonesia.
"Kami berharap kedepannya kerja sama KKP dengan Ocean Institute dapat segera diimplementasikan untuk membantu Indonesia mencapai target peningkatan produksi udang,” ujar Menteri Edhy.
Kerja sama KKP dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University mencakup transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang terkait dengan produksi induk udang unggul melalui pembangunan Broodstock Center Udang. OI sendiri merupakan produsen induk udang nirlaba yang telah mengembangkan induk udang unggul baik unggul dalam pertumbuhan maupun Bebas Penyakit Udang.
OI yang didirikan pada tahun 1962 merupakan lembaga riset nirlaba yang fokus bergerak di bidang akuakultur dan pengelolaan sumber daya pesisir.
OI telah memiliki reputasi yang diakui dunia internasional sebagai lembaga yang melakukan selective breeding untuk menghasilkan induk unggul vaname serta bekerjasama dengan Universitas Arizona pada tahun 1990 mengembangkan populasi awal induk unggul udang vaname yang bebas penyakit (Specific Pathogen Free/SPF).
Disamping itu, OI merupakan lembaga pertama yang melakukan pemuliaan induk udang vaname melalui family selection.
Menteri Edhy menjelaskan, Indonesia punya potensi lahan untuk budidaya air payau atau tambak hingga mencapai 2,8 juta hektare, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare. Dari luasan tersebut, tambak yang produktif untuk budidaya udang hanya mencapai 40 persennya atau 242.000 hektare.