AHY Tuding Pelaku 'Kudeta' Ketum Demokrat Mau 'Rebut Tiket' Pilpres

| 01 Feb 2021 17:10
AHY Tuding Pelaku 'Kudeta' Ketum Demokrat Mau 'Rebut Tiket' Pilpres
Agus Harimurti Yudhoyono (Dok. Instagram Agus Yudhoyono)

ERA.id - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi salah satu alasan munculnya gerakan 'kudeta' kepemimpinan di partainya. Menurutnya, dengan melakukan kudeta posisi ketua umum, akan dijadikan kendaraan bagi pelaku untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden lima tahun mendatang.

Hal itu, kata AHY, diketahui dari laporan sejumlah kader Partai Demokrat yang dihubungi serta diajak untuk mendukung gerakan kudeta tersebut.

"Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi Ketua Umum Partai Demokrat akan dijadikan kendaraan bagi yang bersangkutan sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang," ungkap AHY dalam konferensi pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2021).

AHY bilang, konsep dan rencana yang dipilih para pelaku untuk mengganti paksa posisi ketua umum serta mengambil alih kepengurusan partai secara inkonstitusional, yaitu dengan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB). Berdasarkan penuturan para saksi, pelaku menargetkan 360 orang pemegang suara di Partai Demokrat untuk ikut mendukung gerakan 'kudeta' tersebut.

Para pelaku, kata AHY, bahkan sampai berjanji akan memberikan imbalan uang dalam jumlah yang besar dalam mempengaruhi para pemegang suara di Partai Demokrat. Para pelaku juga merasa yakin gerakan tersebut berhasil karena sudah mengantongi dukugan dari sejumlah pejabat negara.

"Para pelaku merasa yakin gerakan ini pasti sukses karena mereka mengklaim telah mendapatkan dukungan sejumlah petinggi negara lainnya," kata AHY.

Adapun menurut AHY, para pelaku gerakan 'kudeta' tersebut berjumlah lima orang yang terdiri dari empat orang kader dan mantan kader Partai Demokrat, serta satu orang pihak eksternal yang diduga merupakan pejabat negara dan lingkaran terdekat Presiden Joko Widodo.

Meski demikian, AHY mengaku tak ingin mudah mempercayai hal tersebut. Dia masih memiliki sedikit keyakinan bahwa tidak mungkin pejabat negara melakukan politik kotor.

"Kami masih berkeyakinan, rasanya tidak mungkin cara yang tidak beradab ini dilakukan para pejabat negara yang sangat kami hormati dan yang juga telah mendapatkan kepercayaan rakyat," kata AHY.

"Kami berharap semua itu tidak benar. Tetapi, lebih dari delapan saksi mengatakan telah bertemu dengan pejabat pemerintahan itu, dan mendengar secara langsung pula rencana-rencana seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya," imbuhnya.

Untuk menghadapi kudeta tersebut, AHY mengatakan akan menempuh sesuai jalur perundang-undangan dan menghindari kegaduhan. Dia juga bertekad untuk tetap mempertahankan kedaulatan serta kehormatan partainya dari segala macam ancaman.

"Kami tentu akan mempertahankan kedaulatan dan kehormatan Partai kami. Kami yakin tidak ada satupun pemimpin partai politik yang rela diambil alih kekuasaannya secara inkonstitusional oleh pihak manapun," katanya

"Kami akan bersikap tegas, namun insyaallah Partai Demokrat akan tetap konsisten menggunakan cara-cara yang damai dan berkeadaban. Bukan kekerasan dan kegaduhan sosial yang mungkin saja akan mengganggu situasi nasional yang tengah menghadapi tantangan pendiri COVID-19 dan krisis ekonomi dewasa ini," pungkasnya

Rekomendasi