ERA.id - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab atau yang kerap disapa Habib Rizieq, disebut sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Makanya, banyak orang menilai ia tak pantas untuk dihina.
Secara universal, menghina memang tidak diajarkan oleh siapapun dan dalam agama apapun itu. Menghina orang biasa saja dilarang, apalagi menghina petinggi agama yang bahkan punya darah langsung ke Nabi Muhammad.
Soal hubungan darah Rizieq Shihab dan Nabi Muhammad, memang sempat viral di Facebook beberapa waktu lalu. Ia disebut-sebut sudah ditetapkan oleh Kerajaan Arab Saudi sebagai keturunan ke-38 Nabi Muhammad.
Belakangan, saat dicek faktanya, tidak ditemukan adanya pernyataan resmi dari pemerintah Arab Saudi maupun pemberitaan di media arus utama mengenai telah ditetapkannya Rizieq Shihab sebagai keturunan ke-38 Nabi Muhammad.
Sampai sekarang, isu soal apakah Rizieq Shihab adalah keturunan Nabi Muhammad masih jadi perdebatan banyak kalangan, kebenarannya pun belum sepenuhnya mutlak. Baik itu nada negatif atau positif.
Nah, jika memang Rizieq Shihab adalah keturunan langsung Nabi Muhammad, bolehkah kita menghinanya? Jawabannya pernah disampaikan langsung oleh dai kondang asal Yogyakarta yakni Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Kata Gus Miftah, gelar habib atau habaib adalah sakral dan suci. Tidak ada satu pun di antara kaum muslim boleh menghina para habib. Alasannya, di dalam diri seorang habib mengalir darah Nabi Muhammad SAW.
Namun, seorang habib juga menurutnya tak pantas melakukan hal serupa seperti menghina orang lain. “Gus boleh gak kita menghina habaib? Tidak boleh! Kenapa? Karena dalam tubuh habaib ada darahnya Nabi SAW. Lalu bolehkah habaib menghina orang lain? tidak boleh, masa di dalam tubuhnya ada darah nabi kok menghina orang lain? kan gak pantes. Terus siapa orang yang boleh kita hinakan? tidak ada satu pun orang yang boleh kita hinakan,” ujar Gus Miftah saat live di akun instagram pribadinya @gusmiftah dikutip pada Jumat (20/11/2020) tahun lalu.
Budayawan Emha Ainun Nadjib juga pernah ikut berkomentar soal panggilan habib untuk Rizieq Shihab. Pria yang akrab disapa Cak Nun itu mengaku, istilah gelar habib kepada Rizieq Shihab tidaklah tepat. Kata Cak Nun, Rizieq seharusnya dipanggil dengan Syarief. Syarief Rizieq. “Habib Rizieq, dia bukan Habib, tapi Syarief Rizieq,” ujarnya dalam ceramah daring yang diunggah dalam akun IslamTv19 pada Kamis (12/11) lalu.
Habib, menurut Cak Nun, merupakan panggilan dari seorang cucu kepada kakeknya. “Habib, itu maksudnya Mbah, panggilan Kakek untuk Jawa. Lalu Habib Kwitang dulu di Jakarta sama cucunya dipanggil Habib-habib, lalu para tetangga juga ikutan manggil Habib. Akhirnya sekarang kalau ada orang Arab dipanggil Habib,” jelas dia.
Panggilan Syarief ditujukan untuk mereka yang keturunan Sayyidina Husein. Sedangkan keturunan Sayyidina Hasan disebut dengan Sayyid. Dia mencontohkan dengan Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri, yakni Sayyid Sulaiman yang berarti dari keturunan Sayyidina Hasan.
Sebutan habib juga tidak ada hubungannya dengan darah keturunan Nabi Muhammad, sebab penyebutan habib di Indonesia berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah.
Habib di Timur Tengah dimaksudkan untuk orang-orang dari Yaman yang pergi ke Mekkah atau Madinah untuk mencari Rasulullah, karena mereka sangat kagum dan mencintai beliau. Lalu, mereka disebut habib atas rasa cintanya kepada Rasulullah.
Pernyataan Cak Nun itu didukung oleh Guru Besar Sosiologi Agama & Ketua Komisi Hukum MUI Pusat, Mohammad Baharun. Ia menjelaskan, habib secara harfiah berarti kekasih Allah. Secara historis dicantumkan oleh umat seperti tradisi di Indonesia kepada ulama yang ada silsilah keturunan dengan Rasulullah.
Para keturunan Rasulullah, baik Sayyidina Hasan dan Husein kata dia disebut dengan Syarif. “Di Timur Tengah malah tak ada sebutan habib, jamaknya habaib. Yang ada sebutan "Syarif" atau yang mulia,” ujarnya, dikutip dari Republika, Jumat (13/11) lalu.
“Keturunan Sayyidina Husein ada di Yaman, Indonesia, Malaysia, Iraq dan beberapa negara Teluk dan Keturunan Sayyidina Hasan ada di Yordania, Maroko dan menyebar di beberapa negara di Afrika. Rata-rata mereka adalah ulama, selebihnya pedagang,” jelas dia.
Itu makanya, sebutan habib menjadi sebuah ekspresi tradisi di Nusantara, kepada para keturunan Nabi Muhammad. Menurutnya, tradisi ini sudah melekat cukup lama sebagai rasa syukur atas nikmat iman dan Islam yang disebarkan sejak awal dakwah ke nusantara.
Meski begitu, bagi Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen Umar bin Smith. Ia mengaku kalau panggilan Habib untuk seorang Sayyid, yang mempunyai ilmu luas khususnya agama, memiliki kegiatan dakwah, serta menjadi panutan bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya.
Itu artinya, tidak seluruh Sayyid pantas dipanggil Habib. Saat ini, lanjutnya, ada degradasi makna Habib yang menjadi panggilan keakraban. Lalu bagaimana dengan Habib Rizieq Shihab?
“Beliau adalah seorang ulama, intelektual muslim, dan seorang da'i. Dari sisi nasab, beliau adalah seorang Sayyid dari marga Bin Shihab. Perlu diketahui, jika kita mempelajari sejarah Bani Alawi atau Alawiyin, marga Bin Shihab ini dikenal sebagai ahli ilmu, dan terlihat sampai kini,” jelas dia.
Selain itu, para murid dan jemaahnya sangat mencintainya, yang menjadikannya sebagai seorang habib yang mahbub. “Dia (Rizieq) pantas dipanggil habib karena kenyataannya memang mahbub, artinya dicintai oleh para muridnya, jamaahnya, dan sebagian umat Islam. Kalau beliau tidak dicintai, tidak mungkin umat rela berjalan berkilo-kilo meter, berdiri berjam-jam di terik matahari hanya untuk melihat dan menjemput beliau di bandara.”