ERA.id - Ternyata kata petani pernah disingkat oleh Presiden Soekarno. Kini beredar informasi bahwa petani itu adalah kata yang disingkat. Ternyata tidak. Di umur berapa kamu tahu soal fakta petani pernah disingkat Bung Karno?
Sebelum membahasnya lebih jauh, kata petani sendiri sudah familiar di telinga. Jauh sebelum beredar lagu yang selalu dinyanyikan para mahasiswa saat demo seperti Buruh Tani. Secara luas, petani diartikan sebagai seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara mengolah tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain-lain).
Untuk itu petani berharap hasil tanamnya bisa digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Petani juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian.
Jadi petani tidak serta merta dihubungkan dengan padi ya. Begitu juga dengan kata petani, ingat, dia punya akar kata namun bukan singkatan. Tani lebih dulu muncul daripada singkatan yang dibuat Soekarno. Perlu diketahui, setiap orang bisa menjadi petani, baik itu mengolah lahan milik pribadi atau mempekerjakan buruh tani untuk mengolah lahan pemilik.
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (Undip), Singgih Tri Suistiyono dilansir Kumparan, mengatakan tak tepat untuk mengatakan bahwa petani adalah kata yang diciptakan Soekarno.
Singkatan itu muncul di awal-awal 50-an demi mengambil hati para petani. Soekaro memang lihai dalam taktik politik, ia gunakan akronim seperti Berdikari dari berdiri di ata kaki sendiri, Trikora dari Tri Komando Rakyat, Jasmerah dari jangan sampai melupakan sejarah, dan sebagainya.
Begitupun dengan petani sebagai Penyangga Tatanan Negara Indonesia, hal itu menurutnya sekadar mencocok-cocokkan saja. “Saya kira yang disampaikan Bung Karno itu akronim yang cara bahasa Jawanya itu, digathukke mathuk, artinya dipasang-pasangkan,” kata Singgih Tri Sutrisno.
Singgih menambahkan, kata petani berasal dari kata tani, yang merupakan bahasa sanskerta. Dalam bahasa sanskerta, kata tani berarti tanah yang ditanami.
“Kalau dalam bahasa Jawa artinya palemahan sing ditanduri. Jadi palemahan itu artinya pertanahan atau tanah, sing ditanduri itu yang ditanami,” jelas Singgih.
Saat ada imbuhan ‘pe’ di depannya, maka kata tani yang awalnya merupakan kata benda akan menjadi subjek. Seperti pelaut dari kata laut; pedagang dari kata dagang.
“Sama, petani juga seperti itu, artinya orang yang bekerja di tani atau di tanah yang ditanami. Atau bisa juga orang yang pekerjaannya mengolah tanah untuk ditanami,” lanjutnya.
Artinya, seseorang disebut petani berdasarkan bidang pekerjaannya, bukan kepemilikan lahannya. Faktanya, banyak sawah dan lahan perkebunan juga hutan di Indonesia. Karenanya, petani dianggap adalah pekerjaan mayoritas orang Indonesia. Saking pentingnya peran petani, Soekarno ingin mengangkat derajat petani untuk melawan penjajah.
Maka dari sana dibuatlah singkatan petani dengan kepanjangan Penyangga Tatanan Negara Indonesia demi kepentingan politiknya. Istilah petani disampaikan Bung Karno pada 1952 saat menggalakkan swasembada pangan sebagai penjamin stabilitas nasional. Sekarang sudah mengerti, kan? Mau dipakai atau tidak singkatan itu, semoga kita semua menghargai jasa-jasa para petani.