ERA.id - Muhammad Fikri Fernanda Budiman, anak dari Freddy Budiman, gembong narkoba yang dieksekusi mati di LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada 29 Juli 2016, akhirnya memberanikan diri muncul ke publik untuk menceritakan detik-detik meninggalnya sang ayah.
Lewat interviewnya di channel YouTube Gritte Agatha, Fikri mengaku baru mengetahui jika ayahnya adalah seorang bandar narkoba pada tahun 2013. Ia juga membantah pemberitaan yang menyebut jika Freddy Budiman menjadi bandar narkoba lantaran faktor ekonomi dan merintis 'karier' sebagai pencopet.
"Ayah gue seperti itu karena faktor lingkungan. Ayah gue sendiri bilang bahwa lingkungannya itu tidak baik," kata Fikri.
"Jadi selama dari tahun 2009 dia pergi dari Bangka Belitung ternyata dia bisnis narkoba," ungkap Fikri, seraya menyebut sering ditinggal pergi oleh sang ayah.
"Masuk penjara, keluar lagi, masuk penjara lagi, kayak gitu-gitu."
Fikri kemudian menceritakan momen saat dirinya bertemu sang ayah, setelah beberapa lama terpisah. Saat itu, Freddy Budiman menangis dan memeluk Fikri. Sejak pertemuan itu, Fikri juga menyebut beberapa kali bertemu sang ayah untuk menjenguk.
Ia juga menceritakan detik-detik sebelum sang ayah dieksekusi mati. Freddy Budiman mengungkapkan beberapa permintaan terakhir, salah satunya adalah ingin tidur bersama Fikri.
"Nah salah satu permintaan Papa tuh, papa pengen tidur sama aku di kamarnya di dalam penjara," ujar Fikri.
Namun, permintaan terakhir Freddy Budiman ditolak oleh petugas lapas. Alasannya karena khawatir psikologis Fikri akan terganggu.
Fikri juga mengatakan bahwa jelang detik-detik eksekusi mati ayahnya tak pernah lepas memegang Al-Qur'an dan pakai baju gamis. Ia juga pasrah menjalani eksekusi mati.
"Udah jalan Papa, De. Ini udah ditakdirkan sama Allah, Papa gak mau ngelawan Allah lagi. Ini udah ditakdirin sama Allah, udah biarin aja ini semua terjadi," kata Fikri menirukan ucapan sang ayah.
Ia pun sempat diimami sholat berjemaah oleh sang ayah dan melihat ayahnya mengaji. "Sholat bareng, di Imamin, terus dia makan, pokoknya kita ngobrol-ngobrol, papa ngaji kita liatin."
"Hari kedua itu kita penuhi dengan sholat, sembari ngeliat dia ngaji, bener-bener full ngaji."