PDIP Soal Nadiem Makarim: Pemaparan Mendikbud Soal Bumikan Pancasila Penuh Inovasi dan Terobosan

| 21 Apr 2021 20:15
PDIP Soal Nadiem Makarim: Pemaparan Mendikbud Soal Bumikan Pancasila Penuh Inovasi dan Terobosan
Nadiem Makarim-Megawati (Instagram nadiemmakarim)

ERA.id - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan isi pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati dengan Mendikbud Nadiem Makarim. Hasto juga menyinggung soal reshuffle kabinet. 

"Jika kemudian ada yang mengaitkan dengan isu reshuffle, harus dipahami bahwa PDI Perjuangan selalu memegang prinsip bahwa reshuffle hanya terjadi atas keputusan Presiden. Pertemuan tersebut tidak membahas hal itu. Karena persoalan pendidikan sebagai dasar kemajuan bangsa merupakan hal yang fundamental," kata Hasto dalam keterangannya, Rabu (21/4/2021).

Lebih lanjut, Hasto mengatakan jika ditanya bagaimana PDIP memandang kinerja Mendikbud sejauh ini, menurutnya apa yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim dengan pendidikan yang memerdekakan dan berakar pada falsafah pemikiran Ki Hadjar Dewantara perlu mendapat dukungan. 

"Partai tidak melihat menteri sebagai individu. Partai melihat menteri sebagai pembantu presiden yang harus menjalankan kebijakan presiden yang berfokus pada upaya menjalankan konstitusi dan UU dengan selurus-lurusnya," kata Hasto.

Menurutnya, pendidikan juga harus mengedepankan objektivitas, rasionalitas, dan semangat juang untuk menguasai ilmu pengetahuan. "Atas pemaparan Menteri Pendidikan bagaimana pendidikan juga membumikan Pancasila sangat menarik dan penuh dengan inovasi dan terobosan," katanya. 

Ia mengakui memang banyak yang dibahas dalam pertemuan dua jam tersebut. Dimulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, dan juga pendidikan budi pekerti serta kebudayaan. Hasto menambahkan Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan oleh para pejuang perempuan.

"Bu Mega berulang kali menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pendidikan yang menggelorakan rasa cinta pada tanah air tidak hanya melalui teori, namun juga praktek, guna memahami apa itu gotong royong, nasionalisme, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural. Jadi bukan hanya aspek kognitif saja," kata Hasto.

Rekomendasi