Kronologi Lengkap Pemuda Asal Jakarta Meninggal Usai Vaksin AstraZeneca, Demam Tinggi Hingga Dugaan Kejang

| 20 May 2021 20:15
Kronologi Lengkap Pemuda Asal Jakarta Meninggal Usai Vaksin AstraZeneca, Demam Tinggi Hingga Dugaan Kejang
Ilustrasi covid-19 (Era.id)

ERA.id - Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari mengungkapkan kronologi meninggalnya Trio Fauqi Virdaus, pemuda berusia 22 tahun asal Buaran, Jakarta. Diketahui Trio meninggal setelah menerima suntikan vaksin COVID-19 merek AstraZeneca.

Menurut Hindra yang mendapatkan cerita dari ibu Trio, diketahui Trio menjalankan vaksinasi di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta usai mendapat pesan singat dari kantornya yaitu Pegadaian Cibubur untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 pada Rabu (5/5/2021) lalu.

"Si anak ini berdua sama temannya, dapat SMS dari perusahaannya dia kerja di Pegadaian Cibubur untuk ke GBK. Berangkatlah dia berdua sama temannya itu, sampai di sana (GBK) divaksin. Dua-duanya selesai, dan kembali ke kantor," kata Hindra dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/5/2021).

Setibanya di kantor, menurut Hindra, Trio merasa tidak enak badan dan meminta izin kepada atasannya untuk pulang. Sekitar pukul 15.30 WIB, Trio tiba di rumahnya dan mengeluhkan sakit kepala kepada ibunya.

Oleh sang ibu, Trio diminta untuk meminum obat jenis paracetamol. Namun ditolak Trio dengan alasan baru saja divaksin. Trio juga tidak sempat dibawa ke rumah sakit karena tidak ada yang mengantarkan.

Dari informasi yang diperoleh Hindra, diketahui bahwa Trio juga hanya membatalkan puasa dengan hanya meminum air. Sedangkan temannya yang juga bersama-sama ikut divaksin dan sempat memiliki gejala yang sama memilih berbuka puasa dengan makanan.

"Jam 12 malam bertambah tinggi, 39 derajat demamnya dan nggak dibawa ke RS. Namun paginya dibawa ke klinik saja, eh ternyata kliniknya tutup. Katanya susah cari kendaraan," kata Hindra.

Alhasil, Trio hanya berada di rumah. Saat itu, Trio sempat meminta untuk dipijat. Menurut penuturan dari keluarga, pada saat dipijat, Trio sempat mengalami kejang sebentar. Namun, menurut dugaan Hindra, yang dialami Trio bukan kejang, melainkan tarikan nafasnya yang terakhir.

"Ketika dipijat kelihatan dibilang kejang, tapi saya kira itu tarikan nafas terakhir kayaknya," kata Hindra.

Pada saat itu, keluarga akhirnya membawa Trio berobat dengan menggunakan kendaraan motor. Namun setibanya di klinik, Trio dinyatakan sudah meninggal.

"Di bawahlah sama keluarga itu naik motor. Dibawa bukan ke RS, tulisnannya juga RSIA, tapi menurut kami itu klinik. Nah udah nggak ada di tempat itu. Kebetulan ada dokter dan melihat, dan diagnosisnya death on arrival," kata Hindra.

Berdasarkan kronologi tersebut, Hindra mengaku kesulitan menyimpulkan penyebab kematian Trio. Sebab, tidak ada data-data yang mendukung. Namun, saat ini pihaknya sudah mulai melakukan autopsi kepada jenazah Trio. Dia berharap, dalam waktu dekat pihaknya sudah bisa mendapatkan jawaban atas penyebab kematian tersebut.

"Karena nggak ada data, nggak pernah periksa sama dokter. Datang sudah meninggal, tidak ada hasil lab, rongten, CT scan kepala, jadi sulit untuk mengatakan ini terkait sama imunisasi. Namun juga sulit menyatakan ini tidak terkait imunisiasi," kata Hindra.

"Kami rekomendasikan untuk autopsi, keluarga setuju. Ya mudah-mudahan dalam satu dua hari ini bisa diketahui," pungkasnya.

Rekomendasi