Lembaga Eijkman Dilebur ke BRIN, Pengendalian Covid-19 jadi Terhambat?

| 18 Jan 2022 06:16
Lembaga Eijkman Dilebur ke BRIN, Pengendalian Covid-19 jadi Terhambat?
Ilustrasi (Antara)

ERA.id - Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman telah menghentikan kegiatan deteksi Covid-19, baik melalukan diagnostik terhadap hasil tes PCR maupun pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) sejak 31 Desember 2021, atau setelah LBM Eijkman resmi dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kegiatan ini sebelumnya dilakukan oleh Tim Waspada Covid-19 LBM Eijkman (Wascove).

Hal itu disampaikan Eks Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Senin (17/1/2022).

"Nah, yang saat ini menjadi tumpuan, juga harapan banyak orang adalab diagnostik PCR, kedua adalah WGS untuk (mendeteksi) apakah ini Varian Delta atau Alpha, ataukah Omicorn," kata Amin.

"Diagnosis PCR dan WGS dengan sangat berat hati kami harus dihentikan tanggal 31 Desember kemarin," imbuhnya.

Akibatnya, kata Amin hal ini Balitbangkes Kementerian Kesehatan saat ini menjadi keteteran untuk mengerjakan diagnosis PCR maupun pemeriksaan WGS dari sampel para pasien Covid-19.

Padahal, sebelumnya LBM Eijkman sudah banyak membantu seperti melakukan deteksi 95.000 hasil tes PCR hingga mendistribusikan ratusan ribu VTM (Viral Transport Medium). Selain itu juga membantu menyampikan atau submit hasil WGS sebanyak 2.800 ke GISAID.

"Teman-teman di balitbangkes pun sebetulnya masih sangat mengharapan lembaga Eijkman bisa terus berfungsi melakukan gitu, karena kalau ini mereka sendiri yang mengerjakan akan keteteran dan terjadi kelambatan," kata Amin.

Sedangkan jika terjadi keterlambatan diagnosa Covid-19 akan berdampak pada pengendalian pandemi Covid-19 di Tanah Air. Dia lantas mencontohkan keterlambatan diteksi adanya transmisi lokal Varian Omicron kini berdampak pada kenaikan kasus harian.

"Padahal, kita tahu bahwa kelambatan diagnosis Covid-19 itu dampaknua adalah pengendaliannya akan terlambat juga. Omicron misalnya, sampai satu minggu kita bisa bayangkan bahwa lokal transmisi itu bisa terjadi sebelum bisa kita deteksi," papar Amin.

"Oleh karenanya, kita harus bisa memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam melakukan baik PCR maupun WGS, itu yang kita harapkan," pungkasnya.

Kami juga pernah menulis soal Usut Dugaan Aliran Dana Suap, Propam Polda Sumut Periksa Kapolrestabes Medan. Kamu bisa baca di sini.

Kalo kamu tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya!

Rekomendasi