ERA.id - Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan tambak budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah. Ini menjadi tambak udang terbesar di Indonesia.
Selain itu, sejumlah fakta tambak udang terbesar di Indonesia layak untuk disimak, misalnya terkait luasnya, biayanya, target, dan ciri khasnya. Untuk lebih jelas, simak penjelasan berikut.
Berbagai Fakta Tambak Udang Terbesar di Indonesia
1. Biaya dan Target Produktivitas
Menurut penjelasan Jokowi, proyek tersebut menghabiskan dana Rp175 miliar. Saat ini luas yang telah terbangun mencapai 60 hektare berisi 149 petak tambak.
Tambak tersebut dibangun di atas lahan seluas 100 hektare, tetapi tahun ini baru termanfaatkan 60 hektare. Pada periode awal, target produktivitas tambak adalah 40 ton per hektare per tahun. Ini adalah angka yang besar sebab sebelum dibangun, lokasi tersebut memang tambak tetapi masih tradisional. Angka produktivitasnya ketika itu adalah 0,6 ton per hektare per tahun.
"Dan juga dalam mencapai produktivitas awal saat ini melibatkan 128 orang serapan tenaga kerja lokal. Dengan modelling tambak udang tersebut nantinya akan terjadi multiplier effect, pada tenaga kerja utama modelling budidaya udang seperti di hatchery, pabrik pakan, pembudidaya atau pekerja on farm, dan manajemen, dan administrasi," terang Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu, dikutip Era.id.
2. Target Pembangunan Selanjutnya
Jokowi mengatakan, tambak udang di Kebumen menjadi percontohan untuk membangun tambak berbasih BUBK di Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Jokowi, tambak udang di Waingapu akan dibangun di tanah seluas 1.800 hektare.
"Sebentar lagi kita akan mulai lagi 1.800 hektare di Waingapu NTT, ini desain perencanaan sudah selesai ini di-copy dibuat di sana. Kita harapkan itu akan menjadi sebuah kawasan yang terintegrasi," terangnya.
Dia menjelaskan, tambak udang di Waingapu juga akan dilengkapi dengan industri pakan serta industri turunan—hasil panen udang.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, pembangunan awal ditargetkan dilaksanakan tahun ini. Pada masa awal, tambak tersebut akan dibangun dengan luas 500 hektare.
"Di tahun ini bisa dimulai, saya sih terus terang di April—Mei itu bisa dimulai. Kalau itu bisa dimulai maka September 2024 satu fase untuk seluas 500 hektare sudah terbangun dan sudah mulai produksi dan industri turunannya bisa dilakukan," jelas Trenggono.
Trenggono berharap, tambak udang modern di NTT itu bisa seperti industri buatan negara-negara maju. Jadi, terdapat industri pembuatan pakan hingga budidaya yang terintegrasi, bahkan juga pengolahan udang untuk kebutuhan farmasi.
3. Perbedaan Tambak Udang Modern dan Tradisional
Terapat perbedaan antara tambak udang modern di Kebumen dengan tambak udang tradisional. Trenggono menjelaskan, tambak udang modern BUBK tersebut juga memikirkan kebersihan air hingga benur.
Sterilisasi dilakukan sebab budidaya udang lebih sensitif terhadap virus atau penyakit. Dia juga memberikan penjelasan terkait proses sterilisasi yang dimulai dari penyaringan dan sterilisasi air itu.
Selain itu, benur dicek apakah mengandung penyakit atau tidak sebelum kemudian ditebar di kolam. Istilah KKP terkait hal tersebut adalah cara budidaya ikan yang baik (CBIB).
"Benur yang mau ditabur itu juga harus dipastikan benurnya tidak mengandung penyakit, di PCR juga, ini lebih ke prosedur," papar Trenggono.
Tak berhenti di sana. Hasil limbah bekas budidaya udang akan dimanfaatkan. Oleh sebab itu, akan ada alat yang digunakan untuk menyaring limbah. Menurut Trenggono, limbah budidaya udang bisa diolah menjadi pupuk.
"Air yang selesai budidaya ini harus mengalir ke instalasi pengolahan limbah. Sebelum dia masuk ke laut dipastikan airnya itu bersih, nah kotoran limbah nya ini yang bisa kita tampung tadi bisa diproses sebagai pupuk dan macam-macam," paparnya.
Itulah beberapa informasi terkait fakta tambak udang terbesar di Indonesia. Tambak di Kebumen ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan pendapatan negara.