Meraup Cuan dari Budidaya Jamur

| 15 Feb 2020 15:16
Meraup <i>Cuan</i> dari Budidaya Jamur
Kumbung jamur tiram putih milik Wawan Fredian (Iman Herdiana/Era.id)
Bandung, era.id - Kawasan  Lembang, Kabupaten Bandung Barat, bukan hanya terkenal karena objek wisatanya yang banyak pilihan. Daerah di utara Bandung ini juga sudah lama dikenal sebagai daerah penghasil buah dan sayur.

Salah satu komoditas yang marak dikembangkan petani Lembang ialah jamur tiram putih. Hasil panen petani jamur disebar ke pasar, restoran, dan toko-toko kue yang menyediakan olahan jamur.

Kampung Cicalung, Desa Wangunharja menjadi salah satu kampung budidaya jamur tiram di Lembang. Seorang pembudidaya jamur adalah Wawan Fredian. Lelaki 28 tahun ini baru menggeluti usaha jamur sejak 2018, namun hasilnya tampak menjanjikan.

Budidaya jamur berbeda dengan tanaman lain yang dtitanam di tanah terbuka. Jamur-jamuran ditanam di dalam ruangan yang tertutup dari sinar matahari dan lembab. Fredi, demikian Wawan Fredian biasa dipanggil, menanam jamurnya di sebuah rumah bambu seluas 168 meter persegi. Dari luar, rumah berdinding bilik bambu tersebut seperti rumah kosong yang kurang terawat. Namun di bagian dalam rumah terdapat 16 ribu kumbung (baglog) jamur yang siap panen menghasilkan jamur tiram putih. 

Kumbung-kumbung jamur tersebut dikemas dalam bungkusan plastik ukuran sekitar seperempat kilogram. Di dalam kumbung terdapat media tanam jamur berupa bubuk kayu dan lain-lain. Ribuan kumbung ditata di atas rak-rak bambu yang ditumpuk bak buku di perpustakaan.

Keunggulan bisnis ini adalah bisa panen tiap hari. Berbeda dengan produk pertanian yang punya waktu panen, budidaya jamur tak mengenal musiman. Kumbung yang siap panen akan memunculkan kembang jamur yang ukurannya beragam. Dalam sehari, jumlah jamur yang dipanen antara 30-40 kilogram. Jika panen raya, jamur yang dipanen bisa mencapai 80 kilogram. 

“Kita biasa panen jamur tiap hari selama 4 bulan,” kata Fredi, saat berbincang dengan Era.id, baru-baru ini. 

Waktu empat bulan merupakan umur produktif kumbung jamur. Setelah empat bulan, kumbung jamur harus diganti dengan kumbung baru berikut bibit jamurnya.

Saat ini, harga jamur Rp10.000 perkilogram yang dijual ke bandar. Selanjutnya bandar akan menjual pada kisaran Rp14.000 ke pasar atau konsumen. Tentu tidak mudah mengawali suatu bisnis sampai bisa stabil seperti yang sekarang dijalankan Fredi dan keluarganya.

Fredi pernah mengalami kegagalan ketika menanam 400 bibit pada awal coba-coba bisnis jamurnya. Waktu itu, semua bibit yang ditanam tidak jadi alias mati. Setelah diselidik, ternyata ada masalah pada benih dan perawatan. 

Fredi sempat kapok melanjutkan budidaya jamur. Tetapi setelah mendapat informasi lengkap tentang budidaya jamur, ia kembali terjun sekaligus melupakan kegagalan pertamanya. Pada kesempatan kedua tersebut, ia menanam 2.000 bibit. Dan semuanya tumbuh sempurna sampai bisa menjual. Hasilnya ia putarkan kembali ke jamur sampai akhirnya punya 16.000 kumbung jamur. “Sekarang sih sudah balik modal, jadi istilahnya sekarang tinggal ngambil labanya.”

Saat ini, ia rutin memasok jamur pada lima bandar dengan jumlah bervariasi antara 20 kg per hari sampai 50 kg per hari. Jumlah tersebut disesuaikan dengan raihan panen harian. Harga jamur sendiri terbilang stabil. Sementara jumlah permintaan juga terus meningkat.

“Kita malah kewalahan memenuhi permintaan bandar,” kata pria berkacamata yang masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Bandung Raya ini.

 

Tags : investor
Rekomendasi