Vaksin Psikis Mungkin Bisa Meredam Pandemi Hoaks

| 07 Jul 2020 14:30
Vaksin Psikis Mungkin Bisa Meredam Pandemi Hoaks
Ilustrasi sumber fake news (Flickr/Glen Zazove)
Jakarta, era.id - Seperti halnya COVID-19, infeksi disinformasi akan terus terjadi selama masih ada orang yang menyebarkan virus hoaks dan konspirasi yang tidak berdasar. Begitu juga dengan kekebalan tubuh terhadap virus korona, dunia memerlukan 'vaksinasi psikis' terhadap disinformasi, suatu hal yang telah diutak-atik para peneliti.

Jaman dulu, kabar burung atau gosip ibu-ibu RT hanya bertahan di dekat rumah, di sekitaran gerobak sayur, atau di pos-pos ronda. Gosip jarang sekali menyebar lebih dari 10 meter dari batas desa.

Namun, semenjak jumlah gawai melebihi jumlah kitab suci di rumah, dan koneksi internet lebih kencang daripada lemparan batu, gosip-gosip dan berita bohong telah menjadi wabah dunia.

Meredam arus berita bohong sama saja mencoba mewadahi lautan. Seperti pernah diakui oleh seorang buzzer pemerintah dalam sebuah tulisan di Remotivi. Para pendengung di media sosial (buzzer) sangat terorganisir. Mereka dipekerjakan oleh agensi yang dijalankan dengan agenda-agenda tertentu. Fitur report as spam di Twitter tak akan menghentikan mereka karena sekali ditutup oleh Twitter, akun hoaks yang baru akan muncul satu menit kemudian. Mati satu, tumbuh seribu.

Kondisi ini lah yang menyebabkan disinformasi tak kunjung padam. Apinya menyambar, bahkan menentukan nasib suatu negara. Hoaks bahwa Hillary Clinton mendalangi perbudakan anak di bawah umur di sebuah kedai pizza, atau konspirasi Pizzagate, termasuk mempengaruhi terpilihnya Donald Trump di AS. Lebih dekat lagi di Indonesia, kabar burung bahwa Joko Widodo seorang komunis mengemuka cepat di dekat pergelaran pemilu 2019.

 

Peristiwa penembakan di Washington D.C. yang diakibatkan konspirasi 'Pizzagate' (Youtube)

Jika arus disinformasi tak terbendung, pertahanan terakhir seseorang adalah pola pikirnya. Dan inilah yang berusaha dipelajari para peneliti. Mereka ingin memvaksin pikiran dari virus berita bohong.

"Tak mungkin mengubah cara pandang orang, bila mereka tak ingin berubah." Adagium ini sudah sangat dikenal. Apalagi para peneliti psikologi, mereka sangat memahaminya. Agen pengubah cara pandang harus masuk dari pintu tersembunyi.

Vaksin Psikis Disuntikkan Lewat Game

Sekelompok peneliti dari Universitas Cambridge pada tahun 2019 ingin menyetop mewabahnya disinformasi dengan membuat game. Mereka merekrut 15.000 partisipan dan meminta mereka memainkan sebuah game, Bad News, selama 15 menit melalui aplikasi web browser.

Bad news didesain agar para partisipan menyebarkan berita bohong lewat berbagai jenis taktik. Misalnya, mereka akan diminta membuat foto palsu dan menyebarkannya di media sosial. Lalu mereka bisa menggunakan bot di Twitter untuk memanipulasi follower mereka. Para peserta studi ini menilai sendiri seberapa menarik berita hoaks yang mereka buat.

Dr. Sander van der Linden, direktur dari Social Decision Making Lab Universitas Cambridge, seperti ditulis Science Trends, mengatakan bahwa tujuan game tersebut adalah meneliti kemungkinan meredam berita bohong dengan menunjukkan pada seseorang teknik-teknik menyebarkan hoaks.

"Riset menunjukkan bahwa berita bohong tersebar lebih cepat, dan lebih dipercaya, daripada berita benar," kata van der Linden. Timnya mencari tahu apakah dengan mengetahui cara penyebaran hoaks, seseorang akan lebih skeptis terhadap berita yang ia dapatkan.

Teknik inilah yang disebut sebagai 'vaksinasi psikis' terhadap disinformasi, kata van der Linden.

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">Find here the study in Nature Palgrave Communications, by Jon Roozenbeek and <a href="https://twitter.com/Sander_vdLinden?ref_src=twsrc%5Etfw">@Sander_vdLinden</a>: <a href="https://t.co/XMEaVShznS">https://t.co/XMEaVShznS</a></p>&mdash; The Bad News game (@getbadnews) <a href="https://twitter.com/getbadnews/status/1143459332333457414?ref_src=twsrc%5Etfw">June 25, 2019</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Hasil studi ini dianggap cukup meyakinkan, seperti ditulis oleh Science Trends. Setelah mengikuti penelitian, kepercayaan para peserta terhadap judul-judul clicbait turun 21% dari saat awal penelitian. Mereka yang paling merasakan guna dari game Bad News ini adalah mereka yang di awal sangat mudah percaya pada berita bohong, seperti ditulis oleh Science Trends

Game Bad News didesain oleh van der Linden dan Roozenbeek, dengan bantuan sebuah kolektif media dari Belanda, DROG, dan agensi desain Gusmanson. Saat ini, tim tersebut sedang membuat versi game ini dalam bahasa Serbia, Polandia, Yunani, dan Jerman. Perusahaan WhatsApp dikabarkan juga telah meminta versi khusus game tersebut untuk platform mereka..

Tags : berita hoaks
Rekomendasi