ERA.id - Ada kabar genting dari lautan. Sampah plastik di lautan diduga terurai lebih cepat dari yang diperkirakan, karena menjadi santapan hewan laut
Dr Cheung Sin-gin, seorang asisten profesor di City University Hong Kong, sedang mengumpulkan mikroplastik dari pantai-pantai yang ada di Hong Kong ketika menemukan bahwa 10 persen dari partikel plastik tersebut berbentuk tidak alamiah. Plastik berukuran kecil itu berbentuk segitiga "seperti potongan sandwich".
"Jadi, kelihatannya ikan atau hewan laut lainnya memakan sampah-sampah plastik di lautan," kata Cheung, seperti dilansir South China Morning Post (SCMP).
Dampak lainnya, sampah plastik di lautan terurai jadi mikroplastik dalam waktu yang lebih cepat dari yang selama ini diperkirakan.
Selama ini plastik dianggap terurai dari sampah plastik yang terus-menerus terhempas gelombang laut atau menerima panas dari sinar matahari. Bentuk mikroplastik dari proses ini umumnya tidak teratur.
Sementara itu, mikroplastik dari sampah rumah tangga manusia biasanya berbentuk manik-manik kecil, kata Cheung.
Mikroplastik sendiri didefinisikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat sebagai partikel plastik yang berukuran panjang kurang dari 5 milimeter. Partikel plastik berukuran kecil bisa merugikan ekosistem laut karena bisa tersantap oleh hewan laut dan menghambat pertumbuhan hewan tersebut.
"Penemuan tersebut mengkonfirmasi spekulasi dari para peneliti lautan," kata June Wong So-kwan, peneliti utama dari program plastik laut dari WWF-Hong Kong.
Dari lapisan mikoorganisme yang melekat di mikroplastik temuannya, Cheung berasumsi bahwa hewan laut, misalnya penyu, tertarik mengonsumsi lapisan biofilm dari sampah plastik tersebut. Namun, sejauh ini ia masih belum menemukan bukti atas hipotesis tersebut.
Pakar ekosistem laut memperkirakan ada 8 juta ton sampah plastik yang mengalir ke laut setiap tahun. Masih banyak orang yang tidak percaya bahwa sampah laut sebanyak itu.
"Beberapa orang berpikir bahwa sampah di kota tidak mengalir ke lautan. Itu keliru," kata Edwin Lau Che-feng, direktur eksekutif dari organisasi The Green Earth di Hong Kong. "Sampah plastik masuk ke sistem drainase dan langsung terbuang ke lautan.
"Belum ada cara pamungkas dalam masalah ini. Jika kita tidak mau berhenti memakai dan memproduksi plastik, setidaknya kita perlu mengumpulkan semua sampah plastik kita. Namun, itu pun tak masuk akal," pungkas Edwin.