ERA.id - Nama Pedro Rodrigues Filho sudah kondang di Negeri Samba. Bukan karena jago menari capoeira atau menjadi pemain musik bossanova, tapi karena sepanjang 63 tahun hidupnya ia pernah membunuh gembong narkoba, para kriminal, pemerkosa, hingga membunuh setidaknya 47 napi saat ia berada di dalam penjara. Sebagian besar korbannya adalah sesama kriminal, dan itulah kenapa ia dijuluki 'Pedrinho Matador' - Petrus si Pembunuh.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa pria yang lahir di Kota Santa Rita do Sapucai ini punya hubungan yang unik dengan ayahnya. Ia kerap mendapat perlakuan kasar dari sang ayah sejak kecil. Lebih dari itu, ia lahir dengan kondisi tempurung kepala yang rusak, yang ditengarai karena sang ayah telah melakukan kekerasan fisik pada ibunya kala ia masih dalam kandungan.
Masa kecil pria Gemini kelahiran 17 Juni 1954 ini jarang diceritakan, sehingga sulit diketahui bagaimana ia merespon kehidupan keluarganya saat itu. Namun, situs Criminal Minds Wiki telah mencatat bahwa ia sudah punya keinginan membunuh sejak berumur 13 tahun. Filho mengaku saat itu mencoba membunuh sepupunya, namun gagal, dengan cara mendorong sang sepupu ke dalam mesin penggilingan tebu.
Filho benar-benar membunuh orang ketika ayahnya dipecat setelah menjadi korban salah tuduh. Ia saat itu dituduh mencuri makanan di kantin sekolah tempat ia bekerja sebagai kru keamanan. Berniat membalas dendam, Filho pun menggunakan sepucuk shotgun untuk membunuh Wakil-Walikota Alfenas karena ia yang telah memecat ayahnya.
Sebulan kemudian, Filho membunuh petugas keamanan lainnya yang ia tuduh sebagai pencuri yang sesungguhnya.
Sejak saat itu hidup Filho seakan hanya berisi rangkaian pembunuhan yang satu ke pembunuhan berikutnya. Awalnya di Kota Sao Paulo, tempat ia bersembunyi, ia mulai terlibat dalam aksi perampokan yang berakhir pada pembunuhan seorang penjaja narkoba.
Di Sao Paulo, Filho juga bertemu dengan seorang wanita bernama Maria Aparecida Olympia yang kemudian menjadi tunangannya. Namun, belum sempat menikah, Olympia ternyata telah dibunuh oleh beberapa anggota gang saingannya. Hal ini berlanjut pada aksi pembunuhan selanjutnya, kali ini dengan jumlah korban lebih banyak. Kala itu, dengan marah yang membuncah, Filho menyusup ke pernikahan yang digelar kepala gang yang ia incar, lalu membunuh tujuh orang dan melukai 16 orang lainnya.
Salah satu hal yang menjadi ciri pembunuhan Filho adalah ia seakan membalas dendam ke seorang kriminal dengan meniru kejahatan yang dilakukan sang kriminal itu. Dan ini pertama kali tampak saat ia membunuh ayah kandungnya sendiri.
Ketika sudah berada di Sao Paulo, Filho mendengar bahwa sang ayah telah masuk penjara karena membunuh ibunya dengan cara menusuk sang ibu menggunakan golok sebanyak 21 kali. Maka, Filho pun mengunjungi sang ayah di penjara, dan menusuknya sebanyak 22 kali. Tak berhenti di situ. Ia secara kejam, mengambil jantung ayahnya, memakan sebagian lalu meludahkannya.
Setelah membunuh banyak aksi kriminal, Filho akhirnya baru ditahan pada 24 Mei 1973. Belum sampai masuk penjara, Filho telah lebih dulu membunuh satu orang tersangka pemerkosaan yang duduk di dalam mobil tahanan. Dan ketika ia berada di dalam penjara, ia kabarnya membunuh 47 narapidana.
Modus operandinya saat itu adalah karena para korbannya dulu punya rekam jejak perilaku kriminal. Di sejumlah korban lain, motifnya cukup tidak masuk akal. Misalnya, ia pernah membunuh teman satu selnya karena yang bersangkutan "ngorok terlalu keras". Beberapa teman narapidana yang berhasil diwawancarai mengatakan Filho senang membunuh para kriminal "karena membunuh seorang penjahat baginya sangat menyenangkan dan memuaskan".
Hampir dibebaskan pada tahun 2003, ia akhirnya bebas sungguhan pada 24 April 2007. Saat itu sebenarnya ia menerima hukuman penjara selama 128 tahun, namun, peraturan di Brazil melarang seseorang dipenjara lebih dari 30 tahun. Informasi intelijen dari Satuan Keamanan Nasional mengatakan bahwa pria ini pindah ke kawasan Northeast, tepatnya di kota Fortaleza. Namun, empat tahun kemudian, media lokal mengabarkan bahwa Filho ditangkap di rumahnya dan harus ditahan selama 8 tahun atas tuduhan terlibat dalam aksi kerusuhan dan perampasan kemerdekaan seseorang, kejahatan yang ia lakukan saat berada di rutan Sao Paulo.
Sosok Filho kerap menjadi obyek analisa oleh banyak pakar kejiwaan. Banyak psikiatris yang menyebut sang 'Pedrinho Matador' sebagai psikopat, yaitu orang yang suka membunuh orang lain secara keji. Namun, hal ini dipatahkan oleh sifat empati yang ia miliki atas ibu dan bekas pacarnya, padahal seorang psikopat dikenal tidak memiliki sifat empati atau memiliki hati yang beku.
Sebuah laporan pada tahun 1982 menyebutkan bahwa motivasi aksi pembunuhan yang dilakukan Filho dilandasi oleh "afirmasi diri lewat kekerasan". Dengan ini para pakar tersebut lantas menilai bahwa Filho memiliki karakter paranoid dan antisosial.
Pada tahun 2018 Filho akhirnya dibebaskan setelah menjalani sebagian besar masa tahanannya. Pria bernama Pedro Rodrigues Filho itu kemudian mendalami agama Kristen dan bertobat. Ia kabarnya juga memiliki kanal video Youtube di mana ia mengajak anak-anak muda Brazil untuk menjauhi kekerasan dan menata hidup dengan baik.