ERA.id - Cristiano Ronaldo sudah hampir dua puluh tahun menjadi tulang punggung timnas Portugal, tetapi pemain veteran itu masih belum bisa memasukkan gol ke gawang lawan, sampai Portugal akan ditantang Prancis dalam perempat final Euro 2024, Jumat malam esok.
Uniknya, pelatih Roberto Martinez selalu menurunkan Ronaldo sebagai starter dalam empat pertandingan Portugal sebelum perempat final nanti.
Ronaldo bahkan sempat membuat Portugal nyaris tak lolos ke delapan besar, ketika gagal mengeksekusi penalti dalam pertandingan melawan Slovenia yang berakhir tanpa gol, sehingga harus dilanjutkan dengan adu penalti.
Martinez bersikukuh membela Ronaldo dengan mengatakan sang megabintang telah "membuka jalan" bagi kemenangan Portugal yang membuat Selecao meretas pertemuan dengan Les Bleus esok Jumat, dengan cara bertugas dengan baik kala menjadi penendang pertama timnya dalam adu penalti melawan Slovenia.
"Cristiano kapten kami dan dia sudah membuktikan bahwa dalam hidup dan sepak bola, memang ada saat-saat sulit dan kami tidak boleh menyerah," kata Martinez seperti dikutip AFP.
Namun terlepas dari keberaniannya mengambil penalti pertama setelah gagal, Ronaldo jelas bukan lagi pemain luar biasa seperti dulu.
Ronaldo menangis setelah gagal menjadi algojo tendangan penalti melawan Slovenia. Dia kemudian mengeluarkan gestur meminta maaf kepada para penggemar Portugal setelah mencetak gol dalam adu penalti.
“Yang pertama itu kesedihan dan selanjutnya kegembiraan, itulah yang diberikan sepak bola kepada Anda, momen yang tidak bisa dijelaskan," kata Ronaldo.
Dia dan Portugal harus tampil jauh lebih baik ketimbang saat menghadapi Slovenia jika ingin melewati lini belakang Prancis yang luar biasa tangguh.
Lini belakang Prancis membungkam Romelu Lukaku dan Jeremy Doku saat mereka menang tipis 1-0 melawan Belgia pada babak 16 besar. Prancis juga tak kebobolan satu gol pun dalam permainan terbuka.
Meski demikian, Ronaldo tetap menjadi pencetak gol terbanyak Piala Eropa dengan 14 gol. Dia juga satu-satunya pemain yang mencetak gol dalam lima Piala Eropa berturut-turut.
Tapi masa keemasannya di depan gawang lawan akan berakhir jika dia tidak bisa menemukan cara dalam mengantarkan timnya menang melawan Prancis. Sebaliknya, laga esok Jumat itu berpotensi menjadi perpisahan menyakitkan sang megabintang dengan turnamen Piala Eropa.