Pakai Topi Terbalik Mencegah Serangan Harimau? Begini Sejarahnya

| 29 Feb 2024 22:43
Pakai Topi Terbalik Mencegah Serangan Harimau? Begini Sejarahnya
Ilustrasi harimau. (Unsplash)

ERA.id - Serangan Harimau Sumatera  yang mengakibatkan dua warga tewas belakangan ini di Kabupaten Lampung Barat, memicu respons dari pemerintah setempat. Pemerintah bersama instansi terkait memberikan imbauan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan mencegah serangan harimau. Salah satu isi dari Surat Edaran tersebut adalah dengan menggunakan topi terbalik. Namun, benarkah pakai topi terbalik mencegah serangan harimau?

Seperti yang dilansir ERA sebelumnya, dua orang dengan waktu yang berbeda ditemukan tewas akibat diterkam harimau sumatera di Lampung Barat.

Pertama, pada Kamis (8/2/2024),  jasad korban laki-laki bernama Gunarso (47), warga Dusun Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat dievakuasi Polres Lampung Barat.

Selanjutnya seorang warga Dusun Peninjauan, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, dievakuasi Kepolisian Sektor Suoh Polres Lampung Barat. Korban diduga diterkam harimau saat pergi berkebun.

Surat Edaran tersebut ditandatangani oleh para pejabat terkait, seperti Camat Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Kepala Resor Suoh Balai Besar TN BBS, Kapolsek Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Koramil Batu Brak, serta Kepala Wes WWF.

Tujuh Poin Langkah Preventif

Terdapat tujuh poin imbauan yang meliputi berbagai langkah preventif, seperti menghindari aktivitas sendiri di kebun, mengenakan topi terbalik jika bertemu dengan harimau, dan menghindari keluar pada jam-jam agresif harimau.

Imbauan untuk menggunakan topi terbalik sebagai cara untuk mencegah serangan harimau mungkin berasal dari cerita-cerita lisan atau legenda di daerah-daerah tempat harimau yang menjadi ancaman bagi penduduk setempat.

Bagian Humas Balai Besar TN BBS Decis Maroba mengungkapkan bahwa warga diimbau memakai topi terbalik tersebut sebagai salah satu upaya pencegahan agar tidak diserang oleh Harimau Sumatera.

Ia menyebut bahwa cara tersebut sebenarnya merupakan modifikasi. Cara populer yang berkembang di masyarakat untuk mencegah serangan harimau adalah dengan memakai topeng pada bagian kepala belakang. Namun, kebanyakan masyarakat atau petani hanya memakai topi sehingga masyarakat diimbau menggunakan topi terbalik sebagai pengganti topeng wajah yang dipasang pada bagian kepala belakang.

Ilustrasi (ANTARA/HO-KLHK)

Dikutip dari laman NY Times, percobaan upaya memakai topeng wajah terbalik kerap dilakukan di India, di mana teror harimau bukan hal asing di negara tersebut. Ada kepercayaan di masyarakat India bahwa cara menghindari atau mencegah serangan harimau liar adalah dengan memasang topeng wajah manusia di posisi belakang kepala atau menghadap ke belakang.

Tujuannya untuk mengelabui harimau yang sering kali menyergap tubuh manusia dari belakang. Predator ini hanya menyerang manusia dari belakang sehingga para pekerja di hutan mulai mengenakan topeng di bagian belakang kepala mereka. Topeng dibuat menyerupai wajah untuk dikenakan di belakang kepala karena harimau selalu menyerang dari belakang.

Trik tersebut tampaknya berhasil. Penggunaan topeng di masyarakat India terbukti cukup signifikan menurunkan kasus serangan harimau pada manusia meskipun tidak dapat dipastikan seberapa signifikan pemakaian topeng terbalik menghadap ke belakang tersebut.

Menurut Landscape Manager Program Bukit Barisan Selatan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) Firdaus Affandi, tips menggunakan topi terbalik ini pertama kali muncul saat maraknya serangan harimau di Riau pada tahun 2000-an. Cara ini diketahui dari pengalaman beberapa warga yang selamat dari serangan harimau tersebut.

Hanya Berhasil dalam Waktu Singkat

Dilansir dari laman Times of India, pakar satwa liar mengatakan cara ini hanya berhasil dalam waktu singkat karena harimau segera menyadari bahwa itu hanyalah tipuan dan serangan terus berlanjut.

Harimau cenderung merespons terhadap gerakan, suara, atau bau daripada orientasi topi seseorang. Selain itu, reaksi harimau terhadap manusia dapat sangat bervariasi tergantung pada banyak faktor, termasuk keadaan lapar, kebiasaan, dan kondisi lingkungan.

Selain itu, di dalam Surat Edaran juga menyebutkan bahwa Surat edaran itu juga menyebutkan agar warga diimbau tidak berjalan membelakangi harimau dan tidak pergi ke kebun yang terdampak konflik harimau (wilayah TN BBS) selama proses penangkapan pada 22 Februari-7 Maret 2024.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Rekomendasi