Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Simanjuntak membenarkan peristiwa itu. Kata dia, sebelum dikeroyok, Ratna sempat dimasukkan ke dalam mobil saat berada di bandara, Bandung.
"Iya tadi malam saya pak Prabowo, bang Sandi itu menerima foto itu, kemudian kita telepon mbak Ratna. Jadi betul beliau itu dikeroyok dimasukkan ke dalam mobil, dan dikeroyok oleh orang yang tak dikenal, di bandara Bandung, tanggal 21 september yang lalu," katanya, saat dihubungi, di Jakarta, Selasa (2/10/2018).
Dahnil menerangkan, peristiwa tersebut baru diketahui sekarang karena Ratna tidak melapor kepada pihak yang berwajib. Selain itu, Dahnil mengatakan, Ratna mengalami trauma berat setelah peristiwa itu terjadi.
"Jadi sudah selama (peristiwa itu) dan kami juga baru tahu tadi malam. Ternyata beliau ketakutan, trauma sehingga beliau tidak melaporkan dan tidak mengabarkan ke siapa-siapa, trauma takut, kami enggak tahu kenapa beliau sangat takut, kita enggak tahu," jelasnya.
Desak polisi temukan pelaku
Juru Bicara Prabowo-Sandi, Ferdinan Hutahaean meminta kasus ini diusut polisi meski tanpa laporan. Dia pun tak ingin peristiwa ini dikaitkan dengan motif politik. Apalagi, saat ini kontestasi Pemilu 2019 sedang berjalan.
"Kami mendesak Polisi untuk bisa segera menemukan pelakunya dan membongkar motifnya, mengapa Ratna seorang aktivis dan anggota tim pemenangan Prabowo Sandi bisa mengalami kejadian penganiayaan seperti ini," kata Ferdinan dihubungi.
"Apabila ini terkait aktifitas politiknya, maka sungguh negeri ini semakin jauh dari rasa aman dan demokrasi semakin mati," ujar politikus Partai Demokrat ini.
Upaya membuat Ratna bungkam
Bila kasus ini tidak diungkap, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai, ada upaya pembungkaman yang dilakukan terhadap Ratna, meski dia tidak ingin menghubungkan peristiwa ini dengan pilihan politik Ratna.
"Kalau lihat Ratna tidak jauh dari suara berani saya tidak tidak ingin kaitkan dengan politik. Tetapi saya agak bisa ambil kesimpulan ini upaya untuk bungkam seorang Ratna," kata Mardani, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Selasa (2/10).
Mardani pun menyamakan kasus Ratna ini dengan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan, atau kematian pegiat HAM Munir karena racun, yang belum terungkap. Dia tidak ingin, Ratna yang dianggap bersuara keras tentang HAM, juga mendapatkan perlakuan yang sama.
"Kami bisa pastikan Ratna Insya Allah melawan agar orang-orang seperti Ratna, Novel Baswedan, Munir itu akan terus ada di bumi Indonesia," sambungnya.
Wakil ketua pemenangan Prabowo-Sandi ini juga menilai, penganiayaan yang dialami oleh beberapa tokoh belakangan ini merupakan cara untuk membungkam kritik.
"Indikasinya seperti itu dan kami lihat sejak mulai dari penghadangan ini menurut saya sesuatu yang tidak harus terjadi. Negeri ini negeri yang bebas siapapun berhak mengemukakan pendapatnya," kata dia.