Kiat Rizal Ramli Buat Tangani Krisis Ekonomi

| 05 Oct 2018 23:22
Kiat Rizal Ramli Buat Tangani Krisis Ekonomi
Rizal Ramli (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Ekonom Rizal Ramli menjelaskan kiat-kiat yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisi ekonomi saat ini. Ia menilai kondisi ini masih bisa terus berlanjut kalau tak segera diberikan antibody yang tepat.

"Saya diundang ke pertemuan ini untuk memberikan pandangan masih ada new optimisme untuk mengubah prekonomian Indonesia jadi lebih baik karena krisis ini masih akan berlanjut kalau badan kita tidak sehat dan tidak diberikan antibody yang benar makanya kalau kena virus apa saja bisa langsung sakit," Kata Rizal Ramli, di kediaman Prabowo, Jl Kertanegara, Jaksel, Jumat (5/10/2018).

"Jadi tidak fair kalau menyalahkan semua ke faktor-faktor internasional, Italia, Turki, US Fed (The Federal Reserve-Bank Sentral Amerika Serikat). Kita juga harus introspeksi bahwa diri kita sendiri harus kita bikin sehat. Kita harus ambil langkah-langkah agar krisis ini berkurang," jelasnya.

Rizal mengatakan ada acara untuk memulihkan ekonomi Indonesia. Cara pertama, kurangi defisit current account dan impor, tapi jangan fokus yang kecii-kecil yaitu pada 1.147 komoditas, antara lain bedak lipstik, dan lain-lain yang total impornya hanya US$ 5 miliar/tahun.

Selain itu, Kalau pajaknya dinaikkan 2,5 persen-7,5 persen dampaknya hanya akan mengurangi impor US$ 500 juta. Kata Rizal, ada memang pembatalan-pembatalan proyek besar, tapi menurutnya itu saja tidak cukup. Dia menyarankan pemerintah fokus mengurangi impor komoditas besar, contohnya baja.

"China baja kebanyakan dan banyak dijual ke Indonesia dengan harga murah. Kami minta pemerintah laksanakan memberikan tarif anti dumping sebesar 25 persen terhadap produk baja dan turunannya. Otomatis impor baja akan turun, impor kita akan turun US$ 5 miliar. Produksi dalam negeri naik, Krakatau Steel dan swasta akan untung," papar rizal.

Kemudian, menurut Rizal, pemerintah perlu menaikkan tarif pajak untuk mobil impor. Selain itu pemerintah juga bisa mengajak sukarela, para pengusaha membawa pulang devisa dari hasil ekspor.

"Hari ini yang masuk hanya 20 persen, sisanya ditaruh di Singapura, Hong Kong. Kita wajibkan supaya semua eksportir masuk ke dalam. Saya tahu pemerintah mengajak beberapa pengusaha untuk memakai rupiah, tapi itu tidak memadai, kita harus ada di depan kurva untuk bisa keluar dari krisis ini," tutur Rizal.

 

Rekomendasi