False Alarm Gunung Salak Tidak Erupsi

| 10 Oct 2018 22:50
 <i>False Alarm</i> Gunung Salak Tidak Erupsi
Gunung Salak (Twitter @Sutopo_PN)
Jakarta, era.id - Beredar kabar Gunung Salak mengalami erupsi. Kabar viral itu juga disertai dengan imbauan penerbangan untuk menghindari kawasan udara di sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi itu.

Informasi itu bermula dari adanya VAAC Darwin (Volcanic Ash Advisory Centre) yang menyatakan Gunung Salak meletus berdasarkan pantauan satelit Himawari sehingga akan menggangu penerbangan pesawat terbang. 

Tak hanya peringatan bagi kawasan udara, situs gunung berapi juga menunculkan peringatan bahwa Gunung Salak telah meletus dengan kolom abu vulkanik mencapai 50.000 feet.

 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menanggapi informasi terkait adanya indikasi erupsi di Gunung Salak. Dijelaskan bahwa saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi.

"Bahwa hingga saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi. Gunung Salak saat ini masih berada pada tingkat aktivitas Level I (Normal)," tulis PVMBG dalam situsnya, Rabu (10/10/2018).

Status normal ini dikeluarkan dengan berbagai hasil pemantauan terhadap Gunung Salak. Salah satunya hasil pengamatan, yaitu tidak ditemukannya adanya jatuhan/hujan abu vulkanik maupun suara dentuman dari puncak Gunung Salak.

Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga telah memastikan bahwa Gunung Salak tidak meletus. Dirinya menjelaskan VAAC Darwin telah mengkoreksi peringatan vulkanik di daerah tersebut.

 

Kejadian alarm palsu yang terjadi di Gunung Salak itu, juga dijelaskan oleh Volcanologist Simon Carn di akun Twitternya. Menurut dosen Geologi di Michigan Tech University itu mengatakan anomali peringatan palsu vulkanik itu terjadi karena citra satelit yang mendeteksi sebaran awan di satu titik.

"Sel konveksi yang lebih rumit dan terisolasi di atas #Salak #volcano (W. Java) hari ini - mudah untuk melihat bagaimana ini bisa disalahartikan sebagai #erupsi. Tetapi tidak ada anomali termal sebelumnya, dan tidak ada abu atau SO2 yang terdeteksi saat awan menyebar keluar = alarm palsu," tulis Simon.

 

 

Rekomendasi