Informasi itu bermula dari adanya VAAC Darwin (Volcanic Ash Advisory Centre) yang menyatakan Gunung Salak meletus berdasarkan pantauan satelit Himawari sehingga akan menggangu penerbangan pesawat terbang.
Tak hanya peringatan bagi kawasan udara, situs gunung berapi juga menunculkan peringatan bahwa Gunung Salak telah meletus dengan kolom abu vulkanik mencapai 50.000 feet.
Sudah ada info gunung salak erupsi sampai FL500, tapi kok belum ada berita ya? @Sutopo_PN @vulkanologi_mbg pic.twitter.com/T3lVSHuC3p
— Jay écoutez! (@jay_ecoutez) October 10, 2018
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menanggapi informasi terkait adanya indikasi erupsi di Gunung Salak. Dijelaskan bahwa saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi.
"Bahwa hingga saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi. Gunung Salak saat ini masih berada pada tingkat aktivitas Level I (Normal)," tulis PVMBG dalam situsnya, Rabu (10/10/2018).
Status normal ini dikeluarkan dengan berbagai hasil pemantauan terhadap Gunung Salak. Salah satunya hasil pengamatan, yaitu tidak ditemukannya adanya jatuhan/hujan abu vulkanik maupun suara dentuman dari puncak Gunung Salak.
Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga telah memastikan bahwa Gunung Salak tidak meletus. Dirinya menjelaskan VAAC Darwin telah mengkoreksi peringatan vulkanik di daerah tersebut.
Confirmed false alarm by Darwin VAAC @Sutopo_PN @vulkanologi_mbg pic.twitter.com/twwk5XY8SQ
— Jay écoutez! (@jay_ecoutez) October 10, 2018
Kejadian alarm palsu yang terjadi di Gunung Salak itu, juga dijelaskan oleh Volcanologist Simon Carn di akun Twitternya. Menurut dosen Geologi di Michigan Tech University itu mengatakan anomali peringatan palsu vulkanik itu terjadi karena citra satelit yang mendeteksi sebaran awan di satu titik.
"Sel konveksi yang lebih rumit dan terisolasi di atas #Salak #volcano (W. Java) hari ini - mudah untuk melihat bagaimana ini bisa disalahartikan sebagai #erupsi. Tetapi tidak ada anomali termal sebelumnya, dan tidak ada abu atau SO2 yang terdeteksi saat awan menyebar keluar = alarm palsu," tulis Simon.
Impressive, isolated convection cell over #Salak #volcano (W. Java) today - easy to see how this could be mistaken for an #eruption. But no thermal anomaly beforehand, and no ash or SO2 detected as cloud spreads out = false alarm.
Source: @NOAA/@UWCIMSS https://t.co/vWqxf9VD5x pic.twitter.com/dfqaqkYOOG
— Simon Carn (@simoncarn) October 10, 2018
-
Afair11 Apr 2020 15:48
Hubungan Antara Suara Dentuman dan Gunung Meletus
-
Kasus Ronald Tannur Makin Melebar, Kejagung Kini Periksa Hakim Ad Hoc MA
21 Nov 2024 07:001 -
2
-
Detik-detik Proses Evakuasi Ibu Hamil Hendak Melahirkan yang Terjebak Longsor di Sukabumi
21 Nov 2024 09:003 -
Nirina Zubir Dapat Piala Citra FFI 2024 Sebagai Pemeran Wanita Terbaik Film "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film"
21 Nov 2024 08:344 -
5