Beberapa waktu lalu, tim era.id mendatangi lokasi syuting FTV bertema 'azab-azaban' di kawasan Cipanas, Jawa Barat. Kami ketemu dengan seorang sutradara FTV ini, Jogi Dayal namanya. Dia jelaskan, FTV garapannya ini ditujukan ke arah moral dan memberikan pelajaran kehidupan.
Cerita rekaan dengan menyisipkan pesan moral sebetulnya telah berkembang lama di Indonesia. Legenda Malin Kundang yang berasal dari Sumatera Barat, misalnya. Kendati kebenaran kisah ini masih simpang siur, namun pesan moral yang terkandung di dalamnya berhasil diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Jangan ngelawan sama ibu, nanti dikutuk jadi batu loh." Ungkapan seperti itu pasti sudah enggak asing lagi di telinga kita, apalagi saat kita masih kecil.
Batu yang mirip seorang manusia yang dilegendakan sebagai Malin Kundang. (Foto: Commons Wikimedia)
Padahal jika dilihat secara rasional, tak mudah dicerna akal sehat. Seseorang berubah menjadi batu gara-gara melawan orang tua. Tapi itu lah seyogiyanya kisah fiktif dibuat, baik berbentuk mitos, legenda, dongeng, atau FTV sekalipun, harus ada pesan moral yang disampaikan.
Tapi bagaimana dengan pernyataan Jogi Dayal yang kepalang 'pede' menyebut garapannya punya pesan moral. Seorang pegawai swasta Putra (25) mengaku kepada kami sering menonton FTV Azab.
"Sebenernya enggak ada yang menarik, tapi ketika nonton seperti terhipnotis dan ingin menonton sampai habis. Kalau bagus mah, enggak ada bagus-bagusnya," kata Putra kepada era.id, Jumat (19/10).
Terkait pesan moral yang ingin disampaikan dari FTV Azab ini, Putra mengaku tidak merasakan sama sekali. "Enggak ngerubah apa-apa dari cara berpikir gua. Mungkin sampe, tapi sama sekali enggak efektif," saut Putra.