Memoles 'Azab' Menjadi Berkah

| 20 Oct 2018 20:28
Memoles 'Azab' Menjadi Berkah
Ilustrasi (Mahesa/era.id)
Masih berkaitan dengan artikel sebelumnya, kali ini era.id akan membahas tentang terkikisnya aspek keindahan dalam sebuah film demi profit semata. Ya, kalau sudah bicara uang semua orang pasti silau. Tapi bukankah seni dan uang bisa berjalan beriringan? Simak artikel berseri Sulam (Susur Lebih Dalam) pekan ini tentang fenomena FTV 'Azab-azaban'.

Jakarta, era.id - Atas nama rating dan profit, nilai keindahan sebuah karya seni dikebiri. Bukannya tidak punya rasa terhadap estetika dan kesenian, bukan! Tapi sengaja dikikis habis demi sebuah berhala bernama 'uang'. 

Fenomena FTV 'Azab-azaban' yang makin enggak masuk akal membuat kita mengernyitkan dahi. Jika memang ingin menyampaikan kebaikan, mengapa keburukan yang harus ditonjolkan? Apalagi jika kemasannya semakin hari semakin konyol saja.

Kebutuhan hidup manusia, khususnya masyarakat Indonesia, bukan hanya sebatas pemenuhan level primer seperti makan dan tempat tinggal serta level sekunder seperti pekerjaan dan pendidikan. Tetapi juga ada kebutuhan tersier, salah satunya adalah keindahan atau seni.

Seni di sini kita persempit ruangnya menjadi seni pertunjukan atau film. Tapi bukan pula sebuah karya film yang dikemas dalam balutan kemewahan dengan biaya mahal ala Hollywood. Paling tidak, sesuai dengan hakikat sebuah pertunjukan itu sendiri yang menyeimbangkan porsi hiburan dengan rasa.

Meski FTV berbeda dengan sinetron, kami coba mengambil contoh soal kemasan dan pesan moral yang disampaikan oleh sinetron era 1980an; Rumah Masa Depan dan Jendela Rumah Kita serta sinetron era 1990an; Keluarga Cemara dan Si Doel Anak Sekolahan. Oke, ini pun bukan bertema religi. Tapi, setiap episodenya, setidaknya, mengingatkan penonton untuk selalu berbuat baik.

Ilustrasi dipersembakan oleh Mahesa ARK/era.id

Artinya, setiap pesan positif yang disampaikan tidak harus selalu dikemas dalam balutan mistis atau menakut-nakuti penonton. Apalagi cenderung mendiskreditkan agama tertentu. Dalam hal ini Islam. 

Kami paham benar, azab itu ada. Dan Tuhan maha segala-galanya, termasuk dalam hal memberikan jenis azab terhadap umatnya. Yang jadi masalah, kemasan azab yang mereka buat bikin penonton berbalik tidak takut. Dari judulnya saja sudah konyol, bagaimana mereka tidak menjadikan FTV 'Azab-azaban' sebagai bahan guyonan? 

Memang ada dua jenis penggemar televisi di Indonesia. Ada yang pada dasarnya menyukai hal-hal yang hiperbolis dan dramatis, ada juga yang sebenarnya nyata-nyata tidak menyukai FTV 'Azab-azaban' lantaran kualitasnya yang rendah.

"Tugas kami kan bikin adegan yang mendekati nyata. Kalau terlalu fiktif sebenarnya mereka enggak bakal percaya. Jadi, ada unsur emosi dan kesedihan, bagaimana kehilangan orang terdekat," sutradara salah satu FTV 'Azab-azaban', Jogi Dayal menjelaskan tentang kemasan dramatis dalam FTV garapannya saat ditemui era.id di lokasi syuting di kawasan Cipanas beberapa waktu lalu.

"Jadi, kami memang main drama. Kalau azab itu mungkin 80 persen ke drama. Jadi, drama kami kasih lihat penonton, itu yang antagonisnya kenapa dia enggak benar, apa dia punya salah. Dan itu ya memang paling disukai (penonton) sebenarnya," tandasnya.

<iframe src="https://www.facebook.com/plugins/video.php?href=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Feradotid%2Fvideos%2F288308058447177%2F&show_text=0&width=560" width="560" height="315" style="border:none;overflow:hidden" scrolling="no" frameborder="0" allowTransparency="true" allowFullScreen="true"></iframe>

Penempatan FTV 'Azab-azaban' di slot prime time juga berpengaruh. Dan berhubung para penonton tidak tahu atau bahkan tidak punya cara lain untuk mengisi waktu produktifnya, akhirnya mereka memilih untuk menjadi pemerhati FTV 'Azab-azaban'. Hasilnya, rating tinggi dan keuntungan selangit!

Artinya, kesuksesan sekaligus profit yang didapatkan Production House (PH) yang memproduksi FTV 'Azab-azaban' ini tidak lepas dari penonton itu sendiri. Selalu ada simbiosis mutualisme dalam setiap transaksi bisnis yang terjadi.

Biaya produksi FTV tidaklah sebesar biaya produksi film layar lebar. FTV cenderung hanya menghadirkan sedikit artis kelas A (meski saat ini jarang menghadirkan artis utama) agar rating tetap terjaga. Dan jika artis tertentu bisa muncul dalam puluhan FTV sebuah stasiun televisi, itu artinya harga jasa 'artis top' itu pakai sistem paket. Biar lebih murah.

FTV mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas sinetron. Sejak saat itu, banyak FTV bermunculan di mana hampir semua stasiun televisi memiliki plot waktu setiap pekannya untuk penayangan FTV.

Dilansir dari berbagai sumber, pada 2015, SCTV menayangkan empat kali FTV dalam sehari, yakni pukul 10.00, 12.30, 17.30, dan 22.00. Jika masing-masing berdurasi dua jam atau delapan jam per hari, maka program FTV sendiri sudah sepertiga dari total slot setiap hari.

Ilustrasi dipersembakan oleh Mahesa ARK/era.id

Lalu apa alasan mereka menayangkan FTV sampai empat kali sehari? Tentu saja karena ratingnya bagus. Kepala Divisi Akuisisi SCTV Banardi Rachmad saat itu mengatakan, dari audience share, FTV pagi bisa mencapai 25-29 persen. Artinya, dari jumlah total penonton televisi pada saat itu, 25-29 persennya menonton FTV yang ditayangkan SCTV. Lalu, siang hari mencapai 21-24 persen sedangkan sore dan malam hanya 14-15 persen, karena persaingan lebih ketat.

Meski tidak mengiyakan, sang sutradara yang kami temui tadi juga mengindikasikan adanya hubungan saling menguntungkan antara pembuat sinetron dengan penonton di mana si penonton mendapatkan hiburan dalam versi dan kamus mereka sendiri, sementara si pembuat film mendapatkan uang hasil dari banyaknya jumlah penonton atau rating. 

Untuk urusan yang satu ini, setiap orang tentunya harus lebih bijak dalam memilih tontonan. Apalagi tidak sedikit pula si penonton yang juga mengajak anak-anaknya yang masih kecil untuk menonton FTV 'Azab-azaban'. Alih-alih mengedukasi si anak dengan hukum agama, si anak malah menganggap Tuhan 'maha bercanda'.

Tags : azab-azaban
Rekomendasi