Anies Singgung Soal Dinasti Politik: Banyak Tokoh Potensial, Tapi Nggak Dapat Kesempatan..

| 24 Oct 2023 17:55
Anies Singgung Soal Dinasti Politik: Banyak Tokoh Potensial, Tapi Nggak Dapat Kesempatan..
Pasangan Anies-Muhaimin (ANTARA/Genta Tenri Mawangi)

ERA.id - Bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan menyinggung banyaknya tokoh potensial di Indonesia yang bisa menjadi pemimpin. Namun, tidak mendapat kesempatan.

Hal itu merespons pertanyaan media asal Australia terkait dinasti politik pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal syarat calon presiden dan calon wakil presiden yang terkesan memberi karpet merah kepada Wali Kota Solo yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.

"Di negara sebesar Indonesia, kita melihat potensi ada di mana-mana. Namun sayangnya, tidak semua potensi dapat mencapai kesuksesan sepenuhnya," kata Anies saat ditemui usai acara US-Indonesia Investment Summit di Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

Menurutnya, potensi-potensi itu tak terfasilitasi lantaran kurangnya semangat meritokrasi. Hal itu, kata Anies, kerap terjadi di dunia politik di Indonesia.

Adapun meritokrasi merupakan sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin karena kemampuan atau prestasinya. Bukan karena kekayaan, senioritas, maupun hubungan kekeluargaan.

"Mengapa? Karena kurangnya semangat meritokrasi. Ini tidak hanya terjadi di politik, tetapi juga di bidang olahraga, seni, dan akademik," kata Anies.

Dia lantas mencontohkan sistem meritokrasi yang dibangun dalam bidang olahraga bulu tangkis.

Menurutnya, cabang olahraga bulu tangkis di Indonesia bisa cemerlang hingga kancah internasional karena atletnya benar-benar berprestasi. Bukan lantaran memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak tertentu.

"Kita tidak memilih seseorang berdasarkan hubungan keluarga, apakah mereka anak dari seseorang, atau kepenokan dari seseorang. Tetapi kita memilih yang terbaik dan mereka menjadi juara kita," ucapnya.

Lebih lanjut, dia mencontohkan negara Brazil yang juga menerapkan sistem meritokrasi di cabang olah raga sepak bola. Namun, kurang menerapkannya di bidang lainnya.

Akibatnya, sektor lain yang tak menerapkan sistem meritokrasi pun tidak berjalan dengan baik.

"Dalam masalah sepak bola, Brasil mengadopsi meritokrasi. Namun, sayangnya, di aspek lain mereka tidak menerapkan meritokrasi. Dan karena mereka tidak menerapkan meritokrasi di sektor lain, sektor-sektor lainnya tidak berkinerja sebaik sepak bola," kata Anies.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, sejak lama sudah kerap menggaungkan penerapan sistem meritokrasi. Semangat yang sama juga akan dibawanya dalam kampanye di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sebab dia berpandangan, seluruh potensi terbaik di Indonesia harus memiliki kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesn. Jangan sampai terhambat hanya karena kalah dengan pihak lain yang memiliki previlis

"Jadi, saya memberikan contoh yang jelas, jika Anda memungkinkan meritokrasi, hasil yang sangat baik akan muncul, dan semangat seperti itu seharusnya tidak dibatasi," pungkasnya.

Rekomendasi