Blusukan, Cara Jokowi Jawab Isu Harga Pangan Mahal

| 19 Nov 2018 21:30
Blusukan, Cara Jokowi Jawab Isu Harga Pangan Mahal
Hasto Kristiyanto dan Lena Mariana Mukti (Tasya/era.id)
Jakarta, era.id - Serangan oposisi soal harga-harga naik tidak bisa membuat Presiden Joko Widodo duduk diam saja. Buktinya beberapa waktu terakhir, dirinya menyempatkan diri untuk blusukan ke beberapa pasar tradisional. Salah satunya adalah Pasar Sidoharjo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Ini merupakan pasar keempat yang dikunjunginya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto menyebut langkah Jokowi blusukan ke pasar sebagai cara menjawab kritik. Apalagi, menurutnya Jokowi sangat detail untuk masalah harga pangan agar semua masyarakat bisa menjangkaunya.

“Untuk merespons berbagai kritik, salah satu instrumen yang paling mendasar adalah instrumen harga. Ya, di pasar, di spot, dilihat secara langsung bagaimana transaksi jual beli. Karena di situlah terjadi keseimbangan secara langsung antara supply dan demand,” ungkap Hasto di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2018).

Menurut Hasto, hasil dari blusukan itu, akhirnya Jokowi paham kalau harga pangan di pasar sebenarnya relatif stabil.

“Ini sekaligus merespons bagi yang mengatakan kemiskinan kita meningkat,” imbuh Hasto.

Bantah Rp50 ribu tak bisa buat belanja

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Lena Mariana Mukti menyebut aksi blusukan capres nomor urut 01 Itu bukan lantaran kontestasi pilpres 2019 tengah berlangsung. Menurutnya, Jokowi memang sudah sering melakukan blusukan itu untuk untuk tahu kondisi masyarakatnya.

Sebagai ibu-ibu, Lena yang juga anggota DPR RI Komisi I ini menolak kalau ada yang menyebut uang Rp50 ribu tak bisa untuk membeli apapun. 

“Saya juga setiap hari belanja satu tempe itu harganya masih Rp7 ribu. Itu juga tebal. Kebetulan beberapa pekan ini saya kunjungan kerja. Saya bertanya kepada ibu-ibu. Bahkan kalau di warung masih ada kan paket makan Rp10 ribu itu bisa dapat ayam, dapat sayur,” kata Lena.

Lena menyebut, apa yang terus diucapkan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga soal harga pangan meningkat, justru berbahaya. Sebab hal ini bisa menurunkan daya beli masyarakat.

“Apa yang dimainkan oleh Pak Sandi Uno ini agak membahayakan untuk para pedagang. Beliau mestinya juga menyadari kalau terlalu mendramatisir kemudian daya beli masyarakat menurun itu juga bisa berimbas kepada pedagangnya sendiri,” tutupnya.

Baca Juga : PDIP Bakal Gerilya di Jabar dan Jatim

 

Rekomendasi