Isu nomor satu yang paling meramaikan peramban internet tersebut adalah kasus hoaks yang dibuat oleh aktivis Ratna Sarumpaet. Kalau diingat kembali, kasus ini bermula ketika Ratna mengaku menjadi korban penganiayaan sehingga mukanya lebam.
Narasi penganiayan ini pun disebarluaskan oleh sejumlah tokoh nasional, terutama pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Nyatanya, itu cuma khayalan Ratna saja yang malu karena operasi sedot lemak di RS Bina Estetika, Menteng, tidak berjalan seperti biasanya.
Ilustrasi (Mahesa/era.id)
Atas kasus ini, mantan juru bicara tim pemenangan Prabowo-Sandiaga ini pun ditangkap polisi untuk dimintai pertanggunjawabannya. Ratna dijerat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan Pasal 28 UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Kasus hoaks Ratna Sarumpaet menyita frekuensi di media sosial dan media online sebanyak 17.440 berita. Hal ini menimbulkan sentimen positif ke Jokowi-Ma'ruf sebesar 65 persen dan sentimen negatif sebesar 35 persen," tutur Peneliti LSI Rully Akbar di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (6/12/2018).
"Kasus hoaks Ratna juga menimbulkan sentimen positif ke Prabowo-Sandiaga sebesar 8 persen dan sentimen negatif sebesar 92 persen," tambah dia.
Jika sebelumnya lebih memiliki sentimen positif kepada Jokowi-Ma'ruf, isu terbesar kedua ini lebih menguntungkan Prabowo-Sandi, yaitu kasus pembakaran bendera tauhid oleh oknum Banser di Garut, Jawa Barat.
Kasus pembakaran bendera tauhid itu pun berdampak dengan turunnya sejumlah aksi dengan tuntutan agar pihak berwajib mengusut tuntas peristawa pembakaran yang dianggap berafiliasi ke ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
-
1
-
2
-
3
-
4
-
“Satukan Langkah untuk Sumatra” dari BRI, Beri Bantuan Rp50 Miliar, Percepat Pemulihan Bencana
22 Dec 2025 09:085