Tak terhitung berapa kali Jokowi menegaskan kalau dia alergi dengan rangkap jabatan. Sebuah kebijakan yang tak populis, untuk kalangan parpol, saat itu. Parpol pendukung Jokowi-JK jelas tidak terima. Beberapa dari mereka bersuara keras.
Para petinggi parpol hakul yakin, tidak ada korelasi rangkap jabatan dengan kinerja menteri. Seperti biasa, Jokowi tak kalah keras kepala. Dia bergeming. Jokowi mempersilakan menterinya non-aktif atau mundur dari partai. Dan akhirnya, Jokowi menang.
Alasan Jokowi sebenarnya sepele dan masuk akal. Satu posisi saja belum jadi jaminan kinerja menterinya bakal ciamik. Apalagi kalau harus mendua. Padahal harapan rakyat kepada setiap pemimpin baru pastilah setinggi langit.
"Tidak boleh rangkap-rangkap jabatan. Kerja di satu tempat saja belum tentu benar," kata Jokowi, 21 Oktober 3 tahun lalu.
Namun kerasnya sikap Jokowi seperti sirna di depan Airlangga Hartarto. Sudah dua pekan berlalu, Airlangga masih duduk manis sebagai Menteri Perindustrian dan Ketua Umum Partai Golkar.