Hashim membenarkan, jika Jokowi pada saat itu tidak mengeluarkan uang selama kampanye. Hanya saja, Hashim mengungkapkan bahwa dana kampanye Jokowi di Pilgub DKI Jakarta itu berasal dari dirinya.
“Pak Jokowi tidak keluarkan uang, karena uangnya dari saya. Uangnya dari saya, itu kenyataan,” katanya, saat ditemui di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta, Senin (21/1/2019) malam.
Hashim menceritakan, pertemuan awalnya dengan Jokowi pada tahun 2008, saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Ketika itu, katanya, dirinya menjadi terdakwa karena membeli arca dari budayawan, yang ternyata merupakan benda cagar budaya yang dicuri dari koleksi Museum Radya Pustaka Solo pada November 2007.
Adik kandung Prabowo Subianto ini mengaku, pertemuan itu terjadi saat dirinya tengah menghadapi sidang kedua. Melalui kuasa hukum Hashim, Jokowi berhasil bertemu dengan dirinya.
“Waktu itu kalau tidak salah sidang kedua, saya diundang oleh pak Jokowi melalui ini, Nicholas, lawyer penasehat saya, bilang pak Hashim ada Wali Kota Solo mau ketemu pak Hashim, namanya Joko Widodo tapi nama populernya Jokowi, dia mau ketemu silaturahmi dan ada paparan, esok harinya saya ke sana ketemu beliau,” tuturnya.
Hashim menjelaskan, saat pertemuan tersebut Jokowi melakukan pemaparan selama tiga jam di hadapannya, mengenai kesuksesan yang telah diraihnya selaman menjabat sebagai Wali Kota Solo.
“Beliau waktu itu paparan 3 jam, sukses beliau sebagai wali kota sampai 2008, dan paparan itu begitu meyakinkan, katanya pindahkan PKL dari Banjarsari, bisa dipindahkan secara damai dan secara adem, setelah ketemu 54 kali beliau meyakinkan mereka. Seorang kepala daerah mau ketemu PKL, saya pikir orang baik kan, di situ saya jadi kawan beliau dan pendukung beliau,” ucapnya.
Dalam penuturan Hasim, Jokowi sempat menceritakan pengalamannya mengikuti pemilihan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Saat pemilihan wali kota, Jokowi mengklaim hanya mengeluarkan anggaran yang sangat kecil.
“Sebetulnya hal ini bukan hal baru, tahun 2014 saya diinterview, makanya saya heran, dan Pak Jokowi pernah katakan ada di surat kabar Pak Hashim hanya bantu Rp6 miliar. Dia akui Hashim bantu tapi jumlah Rp6 milliar,” tuturnya.
Hashim menilai pernyataan Jokowi itu tak logis. Dia mengatakan setiap pencalonan memerlukan uang, setidaknya untuk biaya saksi. Hashim mengklaim, dia tak cuma membantu dalam bentuk uang, tetapi juga biaya kaus, baliho, dan baju kotak-kotak yang menjadi khas Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat itu.
Namun, Hashim enggan merinci berapa angka pasti yang dia keluarkan untuk mendanai pemenangan Jokowi saat itu. “Besar, tapi ratusan miliar, enggak benar. Dana yang saya bantu bensar sekali,” kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu.
Selain itu, Hashim mengaku, tidak hanya berupa uang tunai yang dirinya berikan untuk mensukseskan jalan Jokowi menuju DKI I, alat peraga kampanye juga diberikannya. “Kaus, baliho, baju kotak-kotak kami yang biayai,” tutupnya.