Hasilnya, jika pemilu legislatif diadakan sekarang, hanya ada dua partai politik yang menduduki peringkat teratas dengan perolehan suara pemilih paling banyak. Kedua parpol itu adalah PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.
"PDIP terbesar dengan total suara 21,6 persen, kemudian Partai Gerindra 12,2 persen disusul Partai Golkar 10,7 persen," ujar Peneliti Senior Indikator Politik, Rizka Halida di kantor Indikator Politik, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (23/1/2019).
Dari total responden, ada 56,2 persen total suara yang diperoleh partai Koalisi Indonesia Kerja, 26,2 persen suara yang diperoleh partai Koalisi Indonesia Adil Makmur, 1,2 persen nonkoalisi, dan 16,5 persen tidak mengindikasikan dukungan kepada salah satu partai.
Selanjutnya, kata Rizka, dua dari lima partai berbasis pemilih islam yang ada terancam gagal masuk Senayan karena elektabilitasnya di bawah ambang batas parlemen atau parliementary threshold empat persen, yakni PAN dan PBB.
"PAN elektabilitasnya 2,7 persen, dan PBB 0,4 persen," tutur dia.
Sementara itu, tiga partai berbasis islam yang terbilang cukup aman yaitu, PKB dengan elektabilitas 9,3 persen, PKS 4,2 persen dan PPP 4,2 persen.
Selain itu, sebanyak 16,5 persen responden yang belum menentukan pilihan. Hal ini yang masih bisa dikejar oleh seluruh partai politik untuk menambah elektabilitasnya.
Secara total, sekitar 56,2 persen pemilih merupakan basis koalisi partai pengusung pendukung pasangan calon Jokowi-Ma'ruf, sementara 26,2 basis koalisi pendukung paslon Prabowo-Sandi.
"Selebihnya merupakan kelompok non partisan dan basis partai di luar koalisi pengusung dan pendukung," jelasnya.
Survei ini dilakukan pada rentang waktu 16-26 Desember 2018 kepada 1.220 responden dengan menggunakan teknik multistage random sampling dan margin of error 2,9 persen.