Dikutip dari statista.com, penelitian yang dilakukan Arcadis menganalisa 100 kota di seluruh dunia dengan 23 indikator berbeda terkait mobilitas dan keberlanjutan sistem transportasi pada 2017.
Hong Kong menduduki posisi jawara berkat inovasi dan jaringan transportasinya yang terkoneksi dengan baik.
Setiap harinya, transportasi di Hong Kong mampu mengangkut 12,6 juta penumpang tanpa pengemudi. Jumlah tersebut menyumbangkan 90 persen dari seluruh perjalanan sehari-hari di kota metropolitan Asia, tertinggi dari setiap kota di dunia.
Sejumlah kota lain juga memiliki skor yang tinggi namun tidak dapat peringkat atas karena infrastruktur untuk pesepeda belum memadai.
Sementara kota yang memiliki infrastruktur pesepeda terbaik adalah New York. Sayangnya, New York harus puas berada di peringkat 23 secara total akibat terbuangnya waktu 35.000 jam untuk menunggu kereta setiap hari kerja.
Kategori penliaian untuk sistem transportasi berkelanjutan harus memenuhi tiga aspek, yaitu sosial (manusia), lingkungan (bumi) dan ekonomi (keuntungan).
Dua kota di Asia lainnya, Seoul dan Singapura, berada di peringkat atas berkat sistem metro yang modern, bandara yang luas, dan rendahnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi.
Lantas, kapan Jakarta akan menyusul?
Nampaknya masih butuh waktu panjang untuk membenahi transportasi di Jakarta. Moda transportasi umum belum seluruhnya memadai dan terkoneksi.
Bahkan, jalur khusus seperti busway pun masih sering diterobos kendaraan lainnya.