Memahami Makna Angpau saat Perayaan Imlek

| 05 Feb 2019 15:15
Memahami Makna Angpau saat Perayaan Imlek
Ilustrasi (Ilham/era.id)
Jakarta, era.id - Salah satu momen yang paling ditunggu ketika perayaan Tahun Baru Imlek adalah bagi-bagi angpau. Sinonim dari amplop merah berisi uang itu sudah menjadi tradisi Imlek sejak zaman baheula.

Menurut salah seorang dari tim redaksi kami yang kebetulan keturunan Tionghoa, batasan orang yang mendapat angpau adalah sampai sebelum menikah. 

"Pokoknya, mau anak-anak, mau udah gede, kalau belum menikah ya mereka boleh dapat angpau," kata Audrey, Art Director era.id.

Sementara itu, bagi yang sudah menikah, mereka wajib membagi-bagikan angpau kepada "Juniornya". 

"Buat yang udah nikah, nah gilirannya tuh, gantian (ngasih amplop)," ujarnya.

Sejarah angpau 

Menurut penelusuran berbagai sumber, angpau berasal dari bahasa Hokkien dari kata ang pow. Sedangkan jika diliat dari bahasa Mandarin, angpau disebut hongbao yang berarti amplop merah.

Untuk sejarahnya sendiri, tradisi pemberian angpau sudah berlangsung sejak 1.000 tahun silam. Saat itu, para orang tua memberikan pecahan 100 koin kepada anak-anaknya. Angka itu bukan tanpa makna, pemberian 100 koin ini mengandung doa akan memberikan anaknya umur panjang sampai 100 tahun. 

Sementara itu, sejak Dinasti Song berkuasa pada abad ke 12, praktik memberikan uang ini sudah menjadi tradisi. Dalam tradisi itu, pemberian angpau diiringi dengan pukulan drum dan gong sebagai tanda dimulainya tahun baru. 

Dalam legenda lain, ada cerita tersendiri di balik pemberian angpau. Dikisahkan ada makhluk mengerikan bernama Nian. Makhluk itu akan keluar dari hutan satu tahun sekali pada malam hari dan melahap seluruh penduduk desa. 

Sejak saat itu terbentuklah tradisi menangkal kedatangan Nian, yang menjadi cikal bakal perayaan Festival Musim Semi. Salah satu tradisinya yakni pemberian angpau berisi koin kepada anak-anak di malam hari tersebut. Dengan cara itu, anak-anak memiliki sesuatu untuk menyogok monster atau roh jahat lainnya. 

Nominal Angpau

Tradisi uang keberuntungan dimulai pada dinasti Han. Pada zaman dulu, uang yang diberikan hanyalah uang koleksi dalam bentuk koin untuk menangkal roh jahat. Koin tersebut diikat menggunakan senar merah. Kini tradisi beralih menjadi dibungkus menggunakan amplop merah atau angpau. 

Sedangkan untuk nominalnya tidak ada patokan bagi mereka yang ingin bagi-bagi angpau. Menurut tionghoa.info, untuk perhelatan yang bersifat suka cita biasanya besarannya dalam angka genap, sedangkan angka ganjil diberikan pada saat acara kematian.

Rekomendasi