Pembuka Jalan Bagi Langkah Ma'ruf Amin

| 09 Feb 2019 09:06
Pembuka Jalan Bagi Langkah Ma'ruf Amin
Bripda Refi dan Brigadir Hendrik Suryanto dengan kuda besinya (Foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - Isu Pilpres 2019 yang dikhiasi saling serang kedua calon maupun tim suksesnya bisa jadi sudah terlalu membosankan bagi sebagian orang. Untuk itu, era.id ingin membahas keriuhan pilpres dari sisi lain, yakni kisah anggota Denwal PJR yang bertugas membuka jalan bagi rombongan cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin.

Brigadir Hendrik Suryanto adalah salah satu petugas yang bertanggung jawab membuka jalan bagi rombongan itu. Menggunakan motor Yamaha XJ bermesin 900cc, dia membelah kemacetan di jalan raya agar Ma'ruf Amin beserta rombongan lainnya bisa tiba di tempat tujuan tepat waktu.

Pria yang biasa disapa Hendrik ini berasal dari kesatuan Subdit Wal dan PJR Gakkum Korlantas Polri dan bertugas dalam gelaran Asian Games 2018 sebagai petugas pengawalan tamu negara. Lantas, dirinya bergabung dengan operasi Mantap Brata.

"Dari kesatuan, kami ditugaskan untuk giat Mantap Brata. Operasi Mantap Brata. Lalu dipilih untuk pengawalan dan ditunjuk untuk roda dua pengawalannya. Setelah itu dipilih, saya kepilihnya di Abah--Ma'ruf Amin," kata Hendrik saat ngobrol dengan era.id, Sabtu (9/2/2019).

Tak ada yang istimewa, kata dia, saat ditugaskan untuk mengawal cawapres pasangan Joko Widodo ini. Apalagi, dia sudah biasa melakukan pengawalan baik pengawalan umum maupun khusus untuk tamu VIP dan VVIP. 

Mengawal Ma'ruf Amin ke berbagai tempat

Dia lantas menceritakan bagaimana kesibukannya selama menjadi pengawal bagi rombongan cawapres 01 Ma'ruf Amin. Harinya selalu dimulai sejak pukul 05.00 WIB. Setelah membereskan keperluan pribadinya, Hendrik lantas mempersiapkan motor besarnya yang digunakan untuk melakukan pengawalan.

"Beresin motor, bersihin, dilap, kita panasin motor. Terus jam 07.00 WIB apel persiapan kegiatan Abah. Setelah itu, ya kami berangkat ke kediaman Abah di Jalan Situbondo," ungkap dia.

Tentu, tak lupa ia menggunakan perlengkapannya seperti sepatu tunggang, seragam dinas lengkap dengan jaket, dan sarung tangan serta helm dan kacamata. Selain itu, ia juga dibekali senjata pistol Sig Sauer terbaru. 

"Kami dibekali senjata Sig Sauer terbaru. Karena ini pengawalan calon orang nomor satu atau nomor dua. Jadi kami dibekali senjata," jelasnya.

Biasanya, kata Hendrik, dalam satu regu terdiri dari 30-35 orang. Ada tiga grup pengamanan yang diberikan terhadap mantan Rais Aam PBNU tersebut.

Sementara untuk melakukan perjalanan, biasanya rangkaian terdiri dari dua motor Patwal di bagian depan, satu mobil pengawal depan. Kemudian di belakangnya ada mobil Pengawal Pribadi 1, mobil yang ditumpangi Ma'ruf Amin, 2 motor Matan (penyelamatan).

Kemudian berlanjut di belakangnya ada mobil Pengawal Pribadi 2, satu mobil Matan (penyelamatan), dan ditutup dengan satu mobil pengawal belakang. 

Dalam menjalankan tugasnya, Brigadir Hendrik tak pernah ada kesulitan berarti. Baginya, kesulitan yang paling sering dihadapi adalah para pengguna jalan yang ngeyel meski dia dan petugas pengawalan lainnya sudah meminta jalan bahkan hingga membunyikan sirene.

"Kesulitannya itu biasanya orang enggak mau minggir. Enggak mau ngasih jalan. Kadang sudah sirene bunyi kayak gimana, tetap saja di depan kita. Enggak mau geser," ujar dia.

Kalau sudah begitu, ya mau tidak mau, dia harus memaksa meminta jalan bahkan sampai menegur pengguna jalan yang lain. Bukan apa-apa, kata Hendrik, ini memang sudah tugasnya.

Dia juga mengaku, rombongannya tidak menggunakan jalur TransJakarta. Rombongannya, baru akan masuk jalur TransJakarta kalau waktu memang sudah mepet dan hal itu sebenarnya diperbolehkan.

"Sebenernya untuk pengawalan, jalur TransJakarta diperbolehkan. Pejabat negara, pejabat kepolisian, pejabat tentara, pokoknya pejabat negara diperbolehkan masuk jalur TransJakarta dan diutamakan yang pakai pengawalan khusus," ungkapnya.

Iring-iringan rombongan Ma'ruf Amin saat menuju tempat silaturahmi politik (Foto: Istimewa)

Mengawal masuk ke jalan tol

Pengawalan yang dilakukan oleh Hendrix tak hanya dilakukan di jalan arteri biasa. Sebab, rombongan yang membawa Mustasyar PBNU ini juga sering melewati rute jalan tol. Lantas, kalau rombongan seperti ini apakah bayar kalau lewat tol?

Kata pria yang lahir di Tangerang ini, untuk rombongan seperti capres dan cawapres tidak bayar saat akan melintasi jalan tol. Sebab, saat rombongan capres maupun cawapres akan melewati jalan bebas hambatan maka hal pertama yang dilakukan adalah melapor kepada Traffic Management System (TMC) masing-masing wilayah.

"Yang mengendalikan wilayah, kan, TMC. Nanti mereka koordinasi dengan jalur tol. Jadi, kita kepolisian koordinasi dengan Jasa Marga. Nanti dibuka pintu tolnya," jelas Hendrik.

Lalu, kalau ban motor Patwal bocor apakah rangkaian terganggu? Menjawab pertanyaan ini, Brigadir Hendrik bilang, rombongan Ma'ruf Amin tidak akan terganggu biarpun ada motor Patwal ada yang kempes bannya atau mogok. Soalnya, tidak mungkin satu rangkaian berhenti hanya karena satu atau dua motor terkendala.

"Biasanya kami tinggal. Rangkaian tetap jalan. Masa satu atau dua motor gangguan terus rangkaian berhenti? Kan enggak mungkin," kata dia.

Sementara, karena penggunaan terus menerus, kondisi motor tentu harus dijaga dengan baik. Salah satunya adalah rutin servis. Tapi, kalau motor Patwal servisnya di mana ya? Menurut Hendrik, motor Patwal biasanya akan diservis di bengkel khusus. Sebab, untuk motor besar, tidak bisa sembarangan utak-utik mesin.

"Enggak bisa di bengkel sembarangan, khusus motor besar dan itu sudah kerja sama dengan Mabes Polri," ungkapnya.

Hujan jadi sahabat, panas jadi saudara

Menjadi Denwal PJR apalagi kini bertugas mengawal cawapres 01 Ma'ruf Amin menggunakan kendaraan roda dua, membuat dia dan petugas lainnya akhirnya punya satu misi yaitu 'hujan jadi sahabat, panas jadi saudara'. 

Soalnya, rombongan tidak akan berhenti walaupun hujan deras melanda. Sehingga, sebagai penunggang kuda besi mereka harus siap dengan keadaan cuaca yang bisa tiba-tiba saja berganti dari panas ke hujan begitupun sebaliknya.

"Ini hiburan kami saja. Ya, pokoknya itu anggapan kami. Misalnya saja, kayak waktu dari Sukabumi kan hujan tuh. Ya, jalan terus saja dan tetap kehujanan, kan," tutupnya.

Brigadir Hendrik Suryanto di tengah pengawalan (Foto: Istimewa)

 

Tags : pilpres 2019
Rekomendasi