Beneran Prabowo Tak Paham Unicorn?

| 18 Feb 2019 21:43
<i>Beneran</i> Prabowo Tak Paham <i>Unicorn</i>?
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menganggap jawaban calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto soal unicorn membuktikan ketidakpahamannya terhadap dinamika pengembangan perekonomian dunia.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak meluruskan pernyataan ini. Dia mengatakan, Prabowo bukannya tidak tahu tentang unicorn.

"Banyak yang tanya terkait dengan unicorn. Jangan lupa, seolah-olah Pak Prabowo enggak tahu unicorn, saya bercanda mungkin Pak Prabowo lagi ngecek spelling unicorn," katanya, dalam diskusi pojok jubir, di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (18/2/2019).

Dahnil menilai, seharusnya Jokowi menggunakan kata startup bukan unicorn. Sebab, katanya, unicorn digunakan untuk perusahaan yang sudah besar, seperti Gojek, Traveloka, Lazada dan Bukalapak.

“Kalau TKN mengklaim Pak Prabowo ini ndak milenial, justru saya mau katakan apa yang disampaikan Pak Prabowo terkait dengan jawaban unicorn itu. Sebenarnya pertanyaannya enggak perlu unicorn, pertanyaan yang benar itu justru adalah startup, startup gitu,” ucapnya.

Menurut Dahnil, pertanyaan Jokowi mengenai unicorn ini menunjukkan memang perspektifnya itu konglomerasi. Dia menilai, Prabowo berhasil menunjukan keberpihakannya kepada perusahaan menengah ke bawah.

“Saya mau katakan jawaban Pak Prabowo itu menunjukkan keberpihakan Pak Prabowo seperti apa. Beliau menyampaikan bahwasanya yang harus kita jaga, itulah jangan sampai ada cash outflow yang besar,” terangnya.

Dahnil menjelaskan, Tokopedia, Gojek, Lazada dan sebagainya, sahamnya itu dikuasai oleh asing, hampir 90 persen. Menurut dia, anak bangsa justru tidak mendapatkan apapun dari perusahaan Unicorn tersebut.

“Anak-anak kita dapat apa? Itu pertama. Kedua, ini yang ngomong justru adalah Kadin, 90 persen komoditi dan produk yang di marketplace yang unicorn-unicorn itu tadi, itu justru berasal dari impor. Yang diperdagangkan impor, itu yang dikuatirkan Pak Prabowo, cash outflow yang besar,” tuturnya.

Lebih lanjut, Dahnil juga menyebutkan, data Kominfo juga menyatakan, 63 persen itu adalah produk dan komoditi impor. Menurut Dahnil, ini lah yang ditakuti Prabowo Subianto.

“Apa yang kita dapat dari marketplace itu? Selain kita cuma jadi pasar bagi komoditi dan produk luar negeri? Nah, yang bagian berikutnya pajak, penanganan pajak terhadap itu juga Indonesia belum beres-beres sampai hari ini. Jadi banyak hal, itu menunjukkan sikap dan jawaban Pak Prabowo,” kata dia.

Terkait dengan tudingan TKN bahwa Prabowo tidak berpihak kepada milenial, menurut BPN, milenial justru menyukai pemimpin yang otentik.

“Saya pikir millennials itu suka yang otentik. Kita sekarang ini enggak bisa lagi model-model pencitraan-pencitraan yang penuh ke berpura-puraan. Sekarang itu harus tampil otentik, itu yang ingin ditunjukkan selalu oleh Pak Prabowo,” tutupnya.

Rekomendasi