"Menilik dari kejadian semalam (debat kedua) format debat perlu kita koreksi lagi. Karena tim panelis itu sebenarnya dibentuk untuk memberikan selipan pertanyaan debat," katanya, di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/2/2019).
Priyo mengatakan, BPN mengusulkan konsep debat tarung bebas sejak segmen pertama.
"Biar mereka menyampaikan pikiran orisinal. Andai format ini disetujui kami sangat senang sekali. Kami akan ajukan ke KPU," tuturnya.
BPN, kata dia, juga mengusulkan penyampaian visi-misi pasangan calon dipaparkan di awal debat dengan waktu yang cukup. Dia mengusulkan, durasi pemaparan peserta debat ditambah 7 menit.
"Pihak capres lainnya menanggapi langsung (visi-misi). Demikian pula sebaliknya. Calon sebelah menyampaikan visi beliau, habis itu pihak lain menyampaikan kritik," ujar dia.
Sekjen Partai Berkarya ini menjelaskan, format tarung bebas ini bisa meminimalisasi dugaan-dugaan publik akan adanya bocoran soal dengan alat tertentu.
Dugaan ini mencuat saat debat kedua dilaksanakan kemarin. Ketika salah satu calon presiden diduga menggunakan alat bantu berbentuk earpiece saat debat berlangsung untuk menjawab pertanyaan.
Priyo menambahkan, format debat tarung bebas ini akan didiskusikan dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Jadi nanti itu perlu uji coba, untuk dipraktikan untuk menegaskan keraguan yang selama ini tersebar di masyarakat, bahwa jangan-jangan pertanyaan yang sudah susah payah itu bocor halus misalnya," tutupnya.