"Dia (Rofik Asharuddin) mulai menerima berbagai doktrin, berbagai pencerahan-pencerahan katanya, akhirnya di akhir tahun 2018 berbaiat kepada Al Baqhdadi," ucap Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel di Solo, Rabu (5/6/2019).
Melalui media sosial, Rofik Asharuddin diajarkan tentang alat-alat kekerasan, termasuk membuat petasan. Dia juga diajarkan bagaimana merakit bom dalam skala kecil. Kepada polisi, Rofik Asharuddin mengaku percobaan serangan di depan Pos Pantau Polres Sukoharjo tersebut sebagai kegiatan amaliyah sesuai arahan Al Baghdadi. Polisi memastikan, Rofik Asharuddin adalah lone wolf yang bergerak sendiri tanpa komando. Tak ada jaringan di belakang Rofik.
"Dia (pelaku, red) sendiri sepertinya juga kaget, merakit juga tidak sempurna sehingga lukanya hanya di sekitar tempat dia menyimpan bom panci, di perut dan di tangan. Sejauh ini sudah dilakukan penahanan, kondisi makin baik karena lukanya tidak serius," beber Rycko Amelza.
Polisi meminta kepada semua pihak supaya berani mengawasi aktivitas anak muda, apalagi masih di bawah umur. Golongan ini memang masih rentan disusupi paham radikalisme.
"Orang tuanya saja tidak tahu. Katanya pergi ikut pengajian, setelah kami lakukan pengecekan ternyata dia tidak berangkat ke pengajian," lanjut dia.
"Ibunya, kakaknya diajak semua untuk mengikuti ajaran itu tetapi tidak ada yang mau. Mereka paham bahwa itu ajaran tidak benar," katanya.
Senin (3/6) malam sebuah percobaan bom bunuh diri berdaya ledak rendah terjadi di Pos Pantau Lalu Lintas Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Beruntung tak ada korban jiwa. Yang ada, si Rofik Asharuddin terkena senjata makan tuan, luka akibat ledakan bom.
Bagi mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Komaruddin Hidayat, aksi Rofik Asharuddin menjadi bukti kalau pelaku teror telah kehilangan komando sentral. Tapi bukan berarti polisi bisa lega, karena justru aksi ini yang malah susah buat dipetakan.
Rofik Asharuddin yang terpapar paham ISIS, menggunakan bom pinggang saat berupaya bunuh diri di Pos Polisi. Bom akhirnya melukai perut dan tangan dia sendiri. Buat polisi, Rofik Asharuddin adalah pelaku amatir. Di dalam kelompok-kelompok teroris, rekam jejak dia belum terlihat. Ini juga yang bikin aksinya jadi tak terbaca.