Pontang-panting Pencari Suaka di Jakarta

| 09 Jul 2019 16:15
Pontang-panting Pencari Suaka di Jakarta
Imigran pencari suaka (Diah/era.id)
Jakarta, era.id - Parisa, remaja berusia 13 tahun sedang membuka nasi kotaknya di trotoar pinggir Jalan Kebon Sirih, Jakarta. Beralaskan tikar plastik, ia makan dengan lahap sembari menikmati semilir angin di bawah pohon rindang. 

Parisa bukan turis yang sedang berpiknik. Ia dan sejumlah orang lainnya asal negara Timur Tengah, merupakan pengungsi yang datang ke Indonesia untuk mencari suaka. 

Mereka memilih tinggal di pinggiran jalan Ibu Kota, setelah tak lagi bisa menempati Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kalideres yang over kapasitas, sejak beberapa hari lalu. Kalaupun mereka punya uang, mungkin mereka lebih memilih mencari kos-kosan atau tempat tinggal yang lebih layak dibanding tidur beriringan dengan polusi kendaraan yang berlalu lalang di trotoar Kebon Sirih. 

"Saya dari Afganistan, sejak sembilan hari lalu. Sebelumnya saya di Kalideres sama keluarga selama satu tahun, dan sejak tiga hari belakangan, kami di sini," tutur Parisa saat berbincang dengan era.id, Selasa (9/7/2019). 

Untuk makan, mereka mengandalkan pemberian dari warga sekitar atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), yang kantornya berada persis di seberang alas tidur di Jalan Kebon Sirih. Sementara untuk mandi dan buang air, mereka menggunakan fasilitas toilet di Masjid Ar-Rayyan kepunyaan Kementerian BUMN. 

Anak-anak imigran pencari suaka yang sedang bermain (Diah/era.id)

Pantauan era.id, anak-anak dengan bebasnya berlarian dan bermain bersama di halaman gedung atau pelataran Masjid Ar-Rayyan. Para ibu dan orang dewasa lainnya juga tampak duduk santai sambil bercengkrama sembari memantau anak-anak mereka. 

Kehadiran para pencari suaka itu sudah tak lagi dihiraukan warga maupun pekerja kantoran di sana. Meski begitu, masih ada warga yang merasa iba dengan cerita dan kehadiran para pencari suaka tersebut.

Salah satunya Ipal, ia bersama istrinya kerap memberikan makanan kepada para pencari suaka yang terlantar itu. Hari ini dia membawa 50 kotak nasi dengan lauk ayam bakar untuk dibagikan kepada para pencari suaka.

"Saya awalnya lihat postingan dari Facebook tentang mereka. Saya merasa kasihan dan mampu membantu saja, hari ini saya membawa makanan untuk mereka," ungkap Ipal yang langsung dikerubungi anak-anak pencari suaka. 

Sumbangan dari warga kepada imigran pencari suaka (Diah/era.id)

Dilema Pemprov DKI Jakarta

Aktivitas para pencari suaka yang tinggal di trotoar Jalan Kebon Sirih, tentunya dipantau oleh petugas Satpol PP DKI Jakarta tiap hari. Hanya saja, Satpol PP tak bisa menindak mereka begitu saja, sesekali petugas hanya bisa menertibkan para pencari suaka ini agar tidak mengganggu lalu lintas di Kebon Sirih yang terlampau cukup padat.

"Kami tidak langsung melakukan penertiban. Saat ini kita hanya memastikan mereka tidak mengembang dan mengganggu masyarakat yang melintas di sana," kata Kepala Satpol PP Arifin kepada era.id.

Alasannya karena masalah hukum dan legalitas kenegaraan mereka. Pihaknya juga sedang bernegosiasi dengan UNHCR untuk mengalokasikan para pencari suaka ke tempat yang lebih layak.

"Kita lagi negoisasi dengan UNHCR bagaimana menyiapkan shelter-shelter. Kita juga masih berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Imigrasi soal bagaiman penanganannya," ungkap Kepala Badan Kesbangpol Propinsi DKI Taufan Bakri.

Para pencari suaka tinggal di pinggiran trotoar Jalan Kebon Sirih (Diah/era.id)

Diakuinya, Pemprov DKI punya dilema tersendiri dalam menangani para pencari suaka ini. Di satu sisi pemerintah daerah harus menegakkan peraturan agar kenyamanan dan ketertiban di Jakarta berjalan dengan baik. Di sisi lain, keberadaan mereka tak lepas dari masalah kemanusiaan. 

"UNHCR bertanya kepada pengungsi mereka tak mau kembali karena alasan keamanan. Departemen Luar Negeri juga tidak memiliki hak untuk mendeportasikan. Makanya, mereka minta bantuan pemda untuk bisa menangangi secara lembutlah," tutur taufan. 

"Padahal demi penegakkan peraturan, kan enggak boleh sembarangan menjadikan trotoar sebagai tempat tinggal, terus kemudian berpotensi menjadikan jalanan macet. Sekarang kita sedang mencarikan tempat yang seusai untuk mereka," tambahnya. 

Adapun keinginan dari para imigran pencari suaka ini tak lain memohon kepada UNHCR agar memberikan tempat tinggal yang layak. Sebab sebagian besar dari mereka berasal dari Afganistan, Sudan, dan Somalia yang notabenenya negara-negara tersebut tengah berkonflik.

Selama belum ada kepastian, mereka berniat akan terus tinggal di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat sampai benar-benar mendapatkan perlindungan dari UNHCR. 

Rekomendasi