Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menyebut, Gibran dan Kaesang punya kans yang sangat besar. Kehadiran keduanya pun dipastikan akan menjadi saingan berat bagi siapa pun lawan mereka yang turut berkontestasi.
Elektabilitas dan power Jokowi juga turut serta membuat kedua putranya populer di tengah masyarakat. Faktor ini, kata dia, otomatis akan menguntungkan Gibran dan Kaesang.
"Sangat besar sekali (pengaruhnya). Bisa 80 persen lebih. Iya lah mereka akan menjadi saingan berat bagi lawan-lawannya," kata Ujang ketika dihubungi era.id, di Jakarta, Senin (29/7/2019)
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pereira mengatakan, mencuatnya nama Gibran dan Kaesang sebagai kandidat calon Wali Kota Solo berawal dari pendapat masyarakat. Andreas menegaskan, tidak ada konflik kepentingan atas wacana pencalonan dua anak presiden ini dalam Pilwalkot Solo 2020.
"Kenapa harus ditabrakan dengan conflict of interest dengan Jokowi. Bukan keinginan Jokowi. Jokowi pun tidak memaksa anak-anaknya untuk mencalonkan diri," tutur Andreas.
Andreas mengungkap, sejauh ini kedua anak presiden itu tidak pernah mendeklarasikan diri ingin maju di Pemilihan wali kota Solo. Karena itu, wacana ini tak perlu menjadi polemik berkepanjangan.
“Kalaupun mereka maju dan akan menjadi conflict of interest dengan Jokowi, ya rakyat tidak usah pilih tokoh. Yang putuskan mereka jadi walikota atau tidak adalah rakyat, bukan Jokowi,” ucapnya.
Meksi begitu, Andreas menilai, kapasitas dan kemampuan dua anak presiden ini sudah teruji. Dengan latar belakang pendidikan yang baik, wawasan yang luas dan kesederhanaan yang membuat banyak orang kagum.
“Selama ini juga tidak kedengaran memanfaatkan jabatan bapaknya untuk memperoleh keuntungan ekonomi mapun keuntungan politik bagi diri mereka,” katanya.
Apalagi, keduanya baik Gibran dan Kaesang dikenal merupakan seorang pemuda yag mandiri. Tidak terlena dengan popularitas yang ada pada diri ayah mereka. Kata dia, justru inilah yang mestinya dijadikan contoh anak muda zaman sekarang.
"Mereka anak-anak muda yang tetap menjadi diri mereka sendiri, di tengah popularitas dan puja-puji juga cacian terhadap bapaknya yang presiden,” tuturnya.