PBB Dorong Penyelidikan Independen Demo di Hong Kong

| 06 Oct 2019 10:33
PBB Dorong Penyelidikan Independen Demo di Hong Kong
Kepolisian Hong Kong melakukan tindakan represif kepada jurnalis yang meliput demonstrasi. (Stand News via Twitter)
Jakarta, era.id - Komisaris HAM PBB, Michelle Bachelet menyerukan adanya penyelidikan independen atas kekerasan selama protes anti-pemerintah di Hong Kong. Dia menuturkan, adanya korban dalam demonstrasi itu adalah sesuatu hal yang memprihantinkan.

Dua demonstran ditembak, sementara seorang jurnalis asal Indonesia dilaporkan alami kebutaan permanen akibat terkena pantulan peluru dalam kekerasan terburuk selama empat bulan kerusuhan di kota yang dikuasai China itu.

"Kami bermasalah dengan tingginya tingkat kekerasan yang terkait dengan beberapa demonstrasi dan juga khawatir dengan cedera pada polisi dan pengunjuk rasa, termasuk wartawan dan pengunjuk rasa yang ditembak oleh petugas penegak hukum," kata Bachelet, saat melakukan kunjungan ke Kuala Lumpur, Malaysia, seperti dikutip dari StraitTimes.

Dia lalu mengatakan sangat mengutuk keras semua tindakan kekerasan dari semua pihak. "Saya meminta mereka yang merespon demonstrasi dan mereka yang terlibat dalam demonstrasi melakukannya dengan cara damai dan tanpa kekerasan," tukasnya.

Jurnalis Indonesia ikut jadi korban

Tembakan peluru karet dari aparat Hong Kong yang mendarat di mata seorang jurnalis perempuan asal Indonesia, Veby Mega Indah, menjadi pemberitaan di media nasional. Demonstrasi, tindakan aparat, dan kekerasan terhadap jurnalis memang tengah menjadi isu terkini. 

Ia buka suara karena banyaknya informasi yang beredar tentang dirinya. Melalui keterangan tertulis, Veby mengungkapkan terima kasih atas segala keprihatinan yang mengalir kepadanya. Ia berharap, tidak ada lagi orang yang mengalami penderitaan seperti penderitaannya.

"Saya berdoa, tidak ada orang lain yang menderita luka seperti yang saya derita," tulis Veby, Sabtu (5/10).

Veby dikabarkan terancam buta mata kanan setelah peluru karet menembus kacamata pelindungnya. Peristiwa itu terjadi saat Veby tengah meliput aksi demonstrasi di Hongkong pada Minggu (29/9).

Baca Juga : Merenungi Aparat yang Masih Belum Bersahabat dengan Jurnalis

Kala itu, demonstrasi berlangsung di sekitar jembatan pejalan kaki yang menghubungkan HK Immigration Tower dengan Exit A4. Veby berada di jembatan tersbut.

Tiba-tiba, polisi Hongkong membabi-buta dengan memberondong peluru karet ke arah demonstran dan jurnalis. Veby terkena peluru itu di mata kanan. Padahal, Veby memakai identitas jurnalis dengan rompi serta helm bertulisan 'PRESS'.

Di tengah pengobatannya, Veby mengungkapkan, terus memikirkan kawan-kawan jurnalis yang terus menjaga keberanian untuk meliput demonstrasi di Hongkong. Ia berdoa agar tak ada lagi orang yang menjadi korban kekerasan aparat sehingga menderita seperti dirinya.

"Saya memikirkan orang-orang Hong Kong di masa sulit ini, dan rekan jurnalis saya di garis depan, yang menunjukkan keberanian dan dedikasi sedemikian rupa agar orang mendapat informasi," katanya.

Veby juga menyinggung adanya informasi tentang kesehatannya, yang muncul tanpa keinginannya. Ia menegaskan, informasi-informasi tersebut tidak benar. Memang, beberapa media menyebut kesehatan Veby berangsur membaik. Tetapi, informasi itu tidak didapat langsung dari Veby, ataupun kuasa hukumnya.

"Saya mengerti bahwa ada komentar tentang kondisi medis saya, komentar yang belum mendapat persetujuan dari saya. Ini termasuk komentar yang menyebut penglihatan saya telah meningkat. Itu tidak benar, juga tidak membantu," katanya.

Veby menegaskan, bakal mengeluarkan informasi terbaru tentang kondisi kesehatannya. Informasi itu akan muncul melalui kuasa hukumnya.

 

Rekomendasi