Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai, apa yang diungkap Andi Arief ada benarnya. Tapi, yang bisa memastikan itu adalah dua orang yang bersangkutan, yaitu Mega dan SBY.
"Hubungan mereka belum siuman. Belum beres. Belum tuntas. Masih perang dingin. Seolah tak ada apa-apa. Padahal ada apa-apa," ucap Ujang, saat dihubungi era.id, di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Ujang menilai, keduanya kerap bersandiwara di depan publik dengan membangun opini tak ada masalah antara mereka. "Dan jika mereka berdua bertemu disuatu acara seolah-olah mengumbar senyum dan akrab. Sesungguhnya di belakang panggung politik mereka masih berseteru. Masih menyimpan bara dendam yang sulit padam," tuturnya.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah menepis adanya keretakan antar dua tokoh politik ini. Apalagi, katanya, Megawati merupakan negarawan. "Tidak ada itu, di kami semua tidak ada itu. Berakhir sudah itu, enough is enough. Tak boleh lagi kita mengembangkan istilah dendam dan sebagainya," kata Said.
Menurut Said, apa yang dikatakan Andi tidaklah benar. Sebab, pemilihan meteri sepenuhnya adalah wewenang Presiden Jokowi sebagai pemegang hak prerogatif.
"Letakan lah segala sesuatu sebagaiman porsinya, jangan Andi Arief jangan main politik asal bunyi, tidak beretika. Karena apa? Dalam konstruksi konstitusi kita, pemilihan menteri itu adalah wewenang penuh prerogatif presiden, sehingga tidak ada hubungan dengan bu Mega," jelasnya.
Awal mula perang dingin Megawati-SBY
Dirangkum dari berbagai sumber, 'perang dingin' antara kedua pimpinan partai politik ini mulai tercium pada akhir 2003. Ketika SBY memutuskan maju untuk bersaing dengan Megawati dalam pemilihan presiden 2004.
Saat itu, SBY memang masih menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di era Presiden Megawati. Dia pun sering tampil di televisi untuk sosialisasi pemilu.
Megawati merasa kecewa karena SBY seharusnya mundur dari jabatan Menkopolkam. Di tengah memanasnya situasi, Sekretaris Menkopolkam Sudi Silalahi mengungkapkan keluhan SBY yang tak diajak rapat kabinet dan merasa dikucilkan dari pihak istana.
Keluhan SBY bersambut respons dari suami Megawati, Taufiq Kiemas. Ia menyebut SBY sebagai 'anak kecil' lantaran dianggap tak berani bicara langsung dengan Megawati ketika tidak diajak rapat kabinet. SBY justru memilih berkoar di media massa.
Namun, pernyataan Taufiq menguntungkan SBY. Ucapan Taufiq tersebut memunculkan simpati banyak orang kepada SBY sebagai pihak yang 'terzalimi'. Nama SBY terus meroket hingga bersama Jusuf Kalla memenangkan Pemilu 2004, mengalahkan Megawati yang juga maju sebagai capres petahana bersama Hasyim Muzadi.
Megawati menolak hadir saat SBY-Jusuf Kalla membacakan sumpah presiden dan wakil presiden di Gedung DPR. Perseteruan berlanjut hingga usai pemilu. Megawati enggan datang setiap undangan dari SBY, termasuk saat Indonesia menjadi tuan rumah Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika pada 2005.
Pada pemilu 2009, Megawati kembali maju sebagai capres didampingi Prabowo Subianto. Pemimpin PDIP itu lagi-lagi kalah saat bersaing dengan SBY yang berpasangan dengan Budiono. Hubungan antara SBY dan Megawati makin merenggang. Mereka tak pernah berkomunikasi atau bertemu.
Pada 2013 saat Taufiq wafat, SBY selaku presiden memimpin langsung upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pada momen itu, SBY menggenggam erat tangan kanan Megawati dengan kedua tangannya.
SBY mengakui hubungannya dengan Megawati belum membaik. Luka lama kembali diungkit jelang Pemilu 2019. Selain itu, SBY mengungkap, bahwa dirinya sudah melakukan ikhtiar untuk bisa menjalin komunikasi selama sepuluh tahun.
Hubungan kedua tokoh tersebut tampak mulai cair ketika Megawati menghadiri pemakaman Ani Yudhoyono di TMP Kalibata, beberapa waktu lalu. Megawati dan sejumlah pejabat yang duduk sejajar berdiri menyambut SBY yang langsung menyalami mereka.
Semakin membaiknya hubungan terlihat kala dua putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono, bersilaturahim ke kediaman Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (5/6).
Megawati dan SBY juga kerap kali terlihat menghadiri satu acara yang sama. Salah satunya, saat SBY hadir dalam pelantikan Presiden Jokowi. Mega dan SBY duduk bersebelahan untuk menyaksikan pengambilan sumpah jabatan presiden dan wakil presiden terpilih.