Proses Panjang Pemberian Nama Jembatan Youtefa

| 29 Oct 2019 07:21
Proses Panjang Pemberian Nama Jembatan Youtefa
Jembatan Youtefa (Paul Tambunan/era.id)
Jayapura, era.id – Jembatan Youtefa ternyata menyimpan segudang catatan sejarah. Pasalnya, di balik pemberian nama tersebut juga melewati proses perdebatan panjang.

Walikota Jayapura, Benhur Tomi Mano menyebutkan, ada lima nama yang diusulkan oleh sejumlah pemangku kepentingan sebelumnya, hingga akhirnya ikon baru Kota Jayapura itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dengan menetapkan nama Jembatan Youtefa, Senin (28/10).

“Lima nama yang diusulkan sebelumnya itu yakni Jembatan Hamadi Holtekamp, Jembatan Papua Bangkit di Teluk Youtefa, Jembatan Merah Putih Youtefa, Jembatan Papua Bangkit di Youtefa dan Jembatan Youtefa,” tutur Benhur.

Walikota sendiri mengusulkan nama yang akan digunakan adalah Jembatan Youtefa, sesuai kesepakatan dengan ondoafi selaku pemilik hak ulayat. Mengingat, jembatan ini berdiri gagah di Teluk Youtefa yang memiliki kearifan lokal.

"Masyarakat adat akan bangga dan senang apabila namanya diberi Jembatan Youtefa. Jika jembatan diberikan nama lain, pasti masyarakat tidak senang dan terganggu hatinya dan pasti akan terjadi sesuatu di atas jembatan ini," kata Benhur menjawab pertanyaan era.id.

Meski demikian, Walikota Kota Jayapura yang juga Ketua Umum Persipura ini meminta seluruh warga pengguna kendaraan serta pengunjung jembatan ini agar dapat menjaga kebersihan dengan baik. Harapannya, agar kemegahan jembatan tetap terjaga.

"Saya mengimbau kepada masyarakat yang menggunakan jembatan ini supaya menjaga kebersihan, jangan coret menyoret dan membuang ludah pinang. Kita semua jaga jembatan ini agar tetap indah dan megah," pinta Benhur.

Aisah Hamadi, warga Kampung Tobati, Distrik Jayapura Selatan yang merupakan lokasi dibangunnya Jembatan Youtefa ini merasa sangat bersyukur atas peresmian jembatan tersebut.

Ia berharap, Jembatan Youtefa penghubung Distrik Jayapura Selatan dengan Distrik Muara Tami yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini itu dapat meningkatkan roda perekonomian masyarakat.  

“Saya bangga dan senang sekali. Mungkin bapak Presiden Jokowi ke depan bisa membangun lagi jembatan di daerah lain di Papua, agar masyarakat terbantu aktifitasnya,” harapnya.

Berbeda dengan pandangan George Awi selaku Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay. Ia lebih mengharapkan pemerintah mendorong kemajuan sumber daya manusia, agar generasi muda Papua bisa membawa perubahan lebih baik dengan kemampuan yang dimilikinya.

“Pengembangan SDM dan UKM lebih diutamakan. Kenapa? Supaya orang Papua tidak hanya sebagai penonton, tetapi menjadi subjek pembangunan. Peranan manusia itu lebih penting untuk memberikan manfaat bagi sesamanya,” ujarnya. 

Hal yang menarik perhatian, usai diresmikan jembatan yang merupakan ikon wisata baru Kota Jayapura ini langsung diserbu oleh ribuan masyarakat. Banyak di antara mereka yang ingin menyaksikan kedatangan Presiden Jokowi, ada yang berswafoto atau selfie, bahkan ada juga yang sekedar berkunjung untuk menjawab rasa penasarannya akan kondisi terakhir jembatan. 

Diketahui, Jembatan Youtefa telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,8 Triliun. Dana ini diperuntukan untuk pembangunan jembatan sepanjang 732 meter dan 10 kilometer jalan penghubung.

Peresmian jembatan ini bertepatan dengan peringatan 91 tahun Sumpah Pemuda, sejak digemakan pada 28 Oktober 1928 silam. Presiden Joko Widodo menharapkan  jembatan ini mampu menopang laju perekonomian masyarakat Papua, terlebih menjadi ikon pemersatu anak bangsa. (Paul Tambunan)

 

Rekomendasi