KPK yang Masih Bingung dengan Status Stafsus Milenial Jokowi

| 22 Nov 2019 20:50
KPK yang Masih Bingung dengan Status Stafsus Milenial Jokowi
Gedung KPK (Syamsul Ma'arif/era.id)
Jakarta, era.id - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) punya pekerjaan rumah baru. Mereka sedang memeras otak untuk menentukan, apakah tujuh staf khusus Presiden Joko Widodo masuk ke dalam klasifikasi pejabat negara atau tidak.

Kajian ini harus cepat diselesaikan. Turunannya sebagai penentu, apakah ketujuh staf milenial itu wajib menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) atau tidak.

"Kami sedang mengkaji lebih lanjut apakah tujuh staf khusus ini termasuk pejabat negara atau penyelenggara negara yang wajib lapor LHKPN," ucap Juru Bicara KPK Febri Diansyah di kantornya, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Seorang penyelenggara negara memang wajib melaporkan LHKPN. Ini perintah dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

"Kalau kita lihat di Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 khususnya di pasal 2 di sana disebutkan juga bahwa pejabat setingkat eselon I atau yang disetarakan dengan eselon I, beberapa staf khusus itu berada pada posisi eselon I. Jika mereka bertujuh berada pada setingkat eselon I maka tentu wajib lapor LHKPN," ucap Febri.

KPK pun, lanjut Febri, mengimbau semua pihak yang masuk dalam kategori wajib menyampaikan LHKPN agar segera melaporkan kekayaannya.

"Termasuk para menteri dan wakil menteri yang juga baru saja dilantik terutama mereka yang sebelumnya tidak pernah menjadi penyelenggara negara karena berarti ini pelaporan pertama," kata Febri.

Berikut profil ketujuh staf khusus milenial Jokowi:

1. Adamas Belva Syah Devara (Belva) adalah anak muda pendiri Ruang Guru. Pria ini lahir di Jakarta, 30 Mei 1990, itu artinya usianya baru 29 tahun saat ini. 

Latar belakang pendidikan Belva, tidak main-main dirinya menempuh double degree untuk studi bisnis dan ilmu komputer di Nanyang University, Singapura. Belva kemudian melanjutkan pendidikannya di Stanford University, California, AS, pada 2013-2015. 

Dia menyabet gelar MBA (Master of Business Administration). Sekalian, dia juga menyabet gelar MPA (Master of Public Administration) dari Harvard University pada 2014-2016. Dia juga terdaftar (cross-registered) di Department of Urban Studies and Planning, Massachusetts Institute of Technology, pada 2015. 

2. Putri Indahsari Tanjung lahir pada 22 September 1996. Kini dia berumur 23 tahun. Dia adalah putri sulung pengusaha nasional Chairul Tanjung.

Putri merupakan CEO Creativepreneur Event Creator, perusahaan penyelenggara acara (event organizer) yang didirikannya pada Desember 2011. Dilansir dari situsnya, Creativepreneur Event Creator bertujuan menyelenggarakan acara yang menghibur sekaligus menginspirasi anak muda.

3. Andi Taufan Garuda Putra, pria kelahiran 24 Januari 1987 ini dikenal lewat lembaga keuangan mikro yang dirintisnya bernama, Amartha. Andi merupakan alumnus Manajemen Bisnis ITB pada 2008. 

Dirinya juga sempat bekerja di perusahaan multinasional, IBM. Dua tahun Andi bekerja, ia memutuskan untuk resign dan mendirikan Amartha yang berfokus pada lembaga keuangan modern untuk membantu golongan masyarakat menengah ke bawah dalam mendapatkan bantuan dana. 

Andi juga melanjutkan pendidikan tingginya ke Harvard Kennedy School (2015-2016). Dari kampus di Amerika Serikat itu, dia meraih gelar Master of Public Administration.

4. Ayu Kartika Dewi, perempuan kelahiran Banjarmasin ini merupakan pendiri dari Gerakan SabangMerauke. Ayu pernah terlibat dalam program Indonesia Mengajar, yang diprakarsai Anies Baswedan saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Ayu merupakan angkatan pertama dari program Indonesia Mengajar dan ditugaskan mengajar di SD di Maluku Utara. Pada 2013, Ayu kemudian mendirikan SabangMerauke, sebuah program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia untuk menanamkan nilai toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan.

Menelisik latar belakang pendidikannya, Ayu pernah mendapatkan beasiswa Fulbright untuk melanjutkan kuliah di Duke University, Amerika Serikat. Usai menyabet gelar MBA dari Duke University. Ayu juga pernah bekerja sebagai Staf Gubernur DKI Jakarta saat Basuki Tjahja Purnama menjabat di 2015.

5. Gracia Billy Mambrasar, pemuda 30 tahun asal Serui, Kepulauan Yapen, Papuan ini merupakan duta pembangunan berkelanjutan Indonesia. Wirausahawan sosial ini, ternyata ikut dalam audisi konten bernyanyi, Indonesian Idol 2006.

Dilansir Antara, Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya adalah guru honorer bergaji tak tentu. Ibunya berjualan kue di pasar. Namun pendidikan Billy terbantu karena sejak SMA dia mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua.

Billy melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Lulus kuliah, dia sempat bekerja di perusahaan minyak milik Inggris, hingga akhirnya mengundurkan diri dan mendirikan yayasan Kitong Bisa untuk membantu pendidikan anak-anak Papua yang kurang mampu.

Billy juga menyabet gelar Master of Business Administration (MBA) dari The Australian National University (2013-2014). Dia juga menyabet gelar Master of Science (MSc) dengan tesis keberlanjutan sosial dalam proyek LNG.

6. Angkie Yudistia, merupakan anak muda difable yang merupakan CEO Thisable Enterprise. Fokusnya adalah misi sosial, membantu kaum difabel.

Angkie adalah lulusan jurusan periklanan di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta. Dia meraih gelar master bidang komunikasi pemasaran dari perguruan tinggi yang sama.

Meski menyandang disabilitas, Angkie pernah menjadi duta Indonesia pada acara Asia-Pacific Development Center of Disability, 2010. Dia juga menulis buku berjudul 'Invaluable Experience to Pursue Dream' (Perempuan Tunarungu Menembus Batas).

7. Aminuddin Ma'ruf, pemuda kelahiran 27 Juli 1986 ini merupakan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016. Aminuddin merupakan alumnus dari Universitas Negeri Jakarta, ia juga sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Trisakti, Jakarta. 

Usai tidak menjadi Ketum PB PMII, Aminuddin Ma'ruf pernah menjadi  Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi), dan relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019.

 

Tags : jokowi
Rekomendasi